Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global masih akan menyelimuti perekonomian di seluruh negara, tidak terkecuali Indonesia. Konflik geopolitik yang belum akan usai akan memicu terjadinya krisis pangan yang akan mengganggu perekonomian di seluruh negara.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa perekonomian global di tahun depan tidak akan sebaik pencapaian di tahun ini. Hal ini dikarenakan banyak negara yang diprediksi akan masuk ke jurang resesi serta beberapa negara yang sudah mulai menjadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF).
Untuk itu, Bahlil memperkirakan ekonomi global dan Indonesia di tahun depan tidak akan sebaik di tahun ini pencapaiannya. Namun Bahlil mengungkapkan kunci rahasia agar Indonesia dapat menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Menurutnya, satu-satunya cara yang mesti dilakukan adalah dengan adanya jaminan stabilitas, baik itu stabilitas politik, keamanan, maupun kebijakan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dirinya mengharapkan keterkaitan seluruh pihak untuk bisa menjaga perekonomian Indonesia di tahun depan.
Baca Juga: Jangan Terbuai! Bahlil UngkapTantangan Ekonomi Masih Menghantui di Kuartal IV-2022
"2023 teman-teman, saya berani taruhan bahwa ekonomi kita, ekonomi global tidak akan sebaik 2022 kalau tidak mampu kita menstabilkan stabilitas. Ekonomi di 2023 kita akan baik kalau ada jaminan stabilitas," ujar Bahlil dalam Konferensi Pers BKPM, Kamis (10/11).
Selain itu, dirinya mengingatkan kepada seluruh pihak agar tidak terbuai dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022. Pasalnya, tantangan masih akan menghantui perekonomian di kuartal terakhir tahun ini.
Bahkan beberapa ekonom memprediksi Indonesia akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2022 dan 2023. Begitu juga dengan perekonomian global.
"Jadi kesimpulannya, di 2023 akan ada perlambatan global karena memang akan memasuki sebagian negara-negara resesi dan kita tahu hari ini ada 16 negara yang sudah meniadi pasien IMF," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News