kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bahlil Beberkan 4 Poin Tantangan Investasi yang Berkelanjutan


Minggu, 25 September 2022 / 21:35 WIB
Bahlil Beberkan 4 Poin Tantangan Investasi yang Berkelanjutan
ILUSTRASI. Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia saat melepas keberangkatan kapal yang mengangkut konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Pelabuhan Amamapare, Senin (15/8/2022).


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menyeri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa untuk pulih ke situasi sebelum pandemi tidak cukup hanya dengan business as usual, sehingga perlu dengan investasi berkelanjutan yang dapat mendorong pembangunan yang lebih inklusif, adil, dan merata bagi semua.

Selain itu, negara-negara G20 juga harus bergandengan tangan untuk menyelesaikan permasalahan rantai pasok dunia demi mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs, terutama mengurangi kemiskinan dan memerangi kelaparan.

Baca Juga: Bahlil: Perusahaan dari Uni Emirate Arab hingga Eropa Minat Investasi di IKN

Dalam kaitannya dengan investasi, Bahlil menyampaikan empat poin utama terkait tantangann investasi yang berkelanjutan.

Pertama, investasi harus berkontribusi terhadap hilirisasi yang memiliki peran penting untuk mengakhiri siklus ketergantungan negara-negara berkembang terhadap komoditas mentah sembari mengurangi dampak perubahan iklim.

Hal ini mengingat dua dari tiga negara berkembang di dunia memiliki ketergantungan terhadap komoditas mentah, sehingga perlu memberikan dukungan kepada negara berkembang yang ingin memajukan industrinya melalui optimalisasi kebijakan pemanfaatan sumber daya alam, seperti yang dilakukan oleh negara-negara maju pada saat menaiki tangga di masa awal revolusi industri.

"Suatu pertanyaan yang muncul di lubuk hati saya yang paling dalam, apakah adil jika negara maju dahulu menaiki tangga untuk mencapai puncak lalu sekarang negara berkembang tidak boleh menaiki tangga yang sama," ujar Bahli saat memberikan sambutan sidang Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) G20, dikutip Minggu (25/9).

Kedua, Bahlil menyebut, investasi yang berkelanjutan juga perlu ramah terhadap kepentingan masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa investasi berkelanjutan juga menjadi investasi yang inklusif diantaranya dengan mendorong kolaborasi investor dengan UMKM lokal.

Baca Juga: Luhut Ajak Investor Tanamkan Modal di 5 Destinasi Super Prioritas

"UMKM salah satu instrumen yang perlu didukung untuk menghasilkan pengusaha-pengusaha lokal menjadi tuan di negerinya sendiri," tuturnya.

Ketiga, Ia menegaskan bahwa investasi membutuhkan keadilan. Saat ini tren investasi di bidang energi hijau masih sangat timpang. Hanya satu per lima saja dari investasi energi hijau yang mengalir ke negara berkembang.

Dengan kata lain, dua per tiga dari total populasi dunia haya mendapat satu per lima dari total investasi energi hijau. Termasuk di dalam perkara ini adalah ketimpangan antara harga kredit karbon di negara maju dan negara berkembang.

"Di masa depan saya berpikir, kita perlu menyepakati aturan main mengenai pasar karbon yang lebih adil dan lebih berimbang tanpa standar ganda antara negara maju dan berkembang," kata Bahlil.

Keempat, menurut Bahlil, perlunya dukungan negara-negara untuk mengadopsi kompendium sebagai referensi kebijakan bagi penyusunan dan implementasi strategi dan program untuk menarik investasi yang berkelanjutan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×