kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Awal 2015, rupiah bisa di kisaran 10.500/US dollar


Rabu, 16 April 2014 / 20:45 WIB
Awal 2015, rupiah bisa di kisaran 10.500/US dollar
ILUSTRASI. Weak Hero Class 1, salah satu drakor populer terbaru yang tak memiliki alur cerita romantis dalam dramanya namun seru dan menarik untuk ditonton.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Mata uang rupiah diprediksi mengalami apresiasi atas dollar AS hingga di bawah Rp 11.000 per dollar AS pada akhir tahun 2014.

“Rupiah akhir tahun bisa di Rp 10.900 per dollar AS. Tapi ada kemungkinan melemah sedikit di Rp 11.700 di akhir semester satu. Jadi melemah dulu, kemudian bisa menguat,” kata ekonom Standard Chartered Bank, Eric Sugandi di Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Standard Chartered Research memperkirakan pada triwulan II-2014 rupiah akan melemah di level Rp 11.700 per dollar AS, dan kembali menguat pada triwulan III-2014 di level Rp 11.300 per dollar AS. Pada triwulan IV-2014 rupiah baru diperkirakan di level Rp 10.900 per dollar AS.

Memasuki triwilan I-2015, rupiah diramalkan kembali menguat di level Rp 10.500 per dollar AS. Pola pelemahan rupiah akan berulang, karena pada triwulan II-2015 diperkirakan rupiah kembali tertekan di level Rp 10.800 per dollar AS.

Ekonom senior Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan menengarai, tekanan rupiah sepanjang semester pertama tahun ini lebih disebabkan faktor risiko politik domestik, defisit neraca transaksi berjalan, di sisi lain dipengaruhi pula oleh kebijakan tapering off Federal Reserve.

Di sisi lain, dia juga melihat, ada kesengajaan Bank Indonesia “mengizinkan” rupiah melemah selama masih sejalan dengan kondisi fundamental Indonesia. BI sengaja memperlambat pertumbuhan impor.

“Kebijakan (BI) tersebut memang mengarah pada menekan curent account defisit (CAD). Sebab, kalau CAD membengkak, Rupiah jadi tidak menarik dan menekan ekonomi,” katanya.

Selain proyeksi rupiah, hasil riset Standard Chartered juga menunjukkan, prediksi pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini 5,8 persen. Tingkat imbal hasil SUN 10 tahun di akhir tahun sebesar 8 persen, neraca perdagangan diramalkan bakal surplus 10 miliar dollar AS, serta neraca transaksi berjalan sebesar minus 24,9 miliar dollar AS. Sementara itu, cadangan devisa diperkirakan tembus 110 miliar dollar AS. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×