Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Puluhan pemuda berjalan beriringan di tepian Jalan Ciledug Raya, Kamis (10/10/2013) malam. Muka mereka pucat dan berkeringat. Beberapa dari mereka tampak menggendong ransel besar.
Sebagian lagi membawa bendera merah putih dan poster-poster coretan tangan. Mereka adalah para mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Banten untuk Rakyat (Gebrak) yang sedang melakukan aksi long march dari Kota Serang menuju gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kuningan, Jakarta Selatan.
Aksi long march ini dilakukan para mahasiswa sejak Rabu (9/10/2013) pukul 09.00 WIB, dengan titik berangkat di kampus IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (SMHB) Kota Serang.
Hari Kamis sekitar pukul 19.30 WIB mereka sampai di Ciledug, Tangerang. Mereka memutuskan beristirahat sejenak di depan Mal Ciledug.
"Ini benar-benar perjalanan yang berat dan melelahkan. Tapi kami semua tidak ada yang mengeluh. Ini demi rakyat Banten. Keringat kami mewakili harapan jutaan rakyat Banten untuk menjadikan Banten sebagai wilayah Banten bebas dari kepemimpinan dinasti," kata Sobari, Juru Bicara Gebrak saat ditemui di depan Mal Ciledug.
Perjalanan panjang mereka adalah demi perjuangan mewujudkan perubahan, kata Sobari. Semangat mereka pun semakin menggebu-gebu setelah selama di perjalanan mereka mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat.
Mereka bahkan mengumpulkan tanda tangan kepada setiap orang yang mereka temui. Tanda tangan berisi dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut tuntas dan membuka seterang-terangnya dugaan korupsi di Banten, yang selama ini diduga dilakukan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah dan keluarga besarnya.
"Kami sudah mengumpulkan tanda tangan di kain putih yang kami namakan Sejuta Dukungan Untuk KPK. Nanti, kain ini akan kami berikan kepada KPK sebagai bukti bahwa seluruh warga Banten mendukung KPK mengusut tuntas dugaan korupsi di Banten," katanya.
Sobari mengatakan, saat ini kekuatan politik dinasti Ratu Atut di Banten sangat kuat, terstruktur dan masif.
"Bahkan selama ini tidak ada orang yang berani bicara meskipun dugaan korupsi, kolusi dan nepotisme di Banten sudah sangat kuat. Ibarat bau, sudah sangat menyengat. Padahal Banten telah ditetapkan sebagai provinsi nomor 15 terkorup di Indonesia. Tapi tidak ada kasus yang dibongkar," katanya. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News