kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menerima 2.725 suplemen dari Pyridam Farma


Kamis, 08 April 2021 / 04:06 WIB
Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menerima 2.725 suplemen dari Pyridam Farma
ILUSTRASI. AMSI menerima 2.725 suplemen dari Pyridam Farma


Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) menerima 2.725 paket suplemen dari Pyridam Farma untuk didistribusikan ke media anggota AMSI di 21 provinsi.

Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut menyampaikan media dituntut tetap melakukan tugas memberikan informasi. “Agar publik dapat bertindak tepat saat pandemi,” katanya, seperti dikutip dalam rilis berita mengenai penyerahan suplemen yang berlangsung secara virtual, Rabu (7/4). 

Ia menambahkan, pada saat bencana pandemi ini media diminta bekerja lebih keras karena kebutuhan informasi meningkat lebih cepat.

“Sebagai organisasi AMSI, memikirkan agar awak media anggota tetap aman selama di lapangan, menjaga kesehatan, dan menerapkan protokol kesehatan,” kata Wenseslaus Manggut

Ia menyampaikan bahwa bantuan suplemen kesehatan sangat berharga untuk jurnalis.

“Terlebih situasi saat ini, situasi di masyarakat sudah seperti normal. Treatment perlindungan untuk jurnalis perlu dilakukan lebih tinggi. Selain meminta jurnalis berhati-hati saat liputan, bantuan suplemen salah satu upaya menjaga kesehatan untuk meminimalisasi risiko yang besar,” ujarnya dalam acara bersama AMSI dan Pyridam Farma itu.

Baca Juga: Hasil studi sebut akan ada masalah baru pasca sembuh dari Covid-19

Sementara itu, dr. Widjanarko Brotosaputro, Direktur Pyridam Farma menyampaikan bantuan suplemen diberikan sebagai bentuk dukungan pada media dari industri farmasi.

“Industri farmasi sangat terbantu oleh media. Media memberikan support dengan memberikan penjelasan, pencerahan ke masyarakat, dan meluruskan informasi yang keliru selama pandemi,” ujarnya. 

Seremonial penyerahan bantuan ini dirangkai dengan diskusi kesehatan “Hidup Sehat di Era New Normal Menuju Herd Immunity”. Narasumber utama diskusi ini adalah dr. Widjanarko Brotosaputro atau yang biasa disebut dr. Paulus.

Dalam paparannya, ia menjelaskan tentang kekebalan kelompok atau herd immunity yang bisa memutuskan rantai dari penularan. Kekebalan kelompok bisa terwujud jika sebagian besar populasi telah terlindungi, diantaranya melalui imunisasi. 

Selain itu, ia menekankan “Herd immunity diperlukan agar kelompok rentan yang tidak bisa mendapatkan vaksin tetap aman dan terjaga kesehatannya. Contohnya lanjut usia yang tidak bisa keluar rumah, orang dengan gangguan jiwa, atau kelompok rentan lainnya, termasuk anak-anak.” 

Ia pun juga menyarankan agar selama pandemi perlu menjaga kesehatan tubuh makan-makanan sehat (eat well), lebih banyak bergerak (move more), mengurangi stress (stress less), dan berbagi kasih dengan yang lain (love more).

“Aktivitas fisik yang mudah dengan jalan kaki dan mengurangi makan-makanan dari karbohidrat olahan serta memperbanyak konsumsi sayur dan buah,” katanya.

Baca Juga: ASN dilarang bepergian ke luar daerah, mudik, atau cuti selama Lebaran 2021

Diskusi yang diikuti oleh sekitar 30 pemimpin redaksi dan perwakilan media anggota AMSI dilanjutkan dengan tanya jawab. Pertanyaan yang muncul diantaranya tentang efektivitas vaksin untuk mencegah penularan dan vaksinasi pada anak-anak.

Menanggapi pertanyaan tersebut, dr. Paulus menjelaskan vaksinasi bukan jaminan seratus persen tidak terpapar virus COVID-19.

“Tapi vaksinasi bisa mengurangi gejala dan mengurangi tingkat kefatalan saat terpapar penyakit tersebut,” ujarnya. 

Paulus menegaskan masyarakat yang telah mendapatkan vaksin tetap perlu memproteksi kesehatan. Selain itu bagi para penyintas COVID-19 tetap perlu menjalankan protokol kesehatan agar tidak menularkan atau tertular kembali.

“Hingga saat ini belum ada jawaban pasti penyintas tidak bisa menularkan ke orang lain, karena masih ada masa inkubasi. Penting bagi penyintas dan masyarakat yang sudah menerima vaksin tetap menggunakan masker, dan menjalankan protokol kesehatan untuk melindungi diri dan yang lain.”

Baca Juga: Jangan lakukan hal ini setelah mendapat vaksin Covid-19

Ia mengatakan pada kasus penyintas yang kemudian kembali terpapar COVID-19 bisa terjadi karena memiliki penyakit bawaan atau penyerta selain COVID-19 (komorbid). Sayangnya saat ini, pasien COVID-19 yang meninggal tidak bisa dilakukan otopsi, sehingga tidak bisa terjawab dengan pasti penyebab kematian sebenarnya.

“Dan perlu diingat tidak semua penyintas memiliki antibody yang cukup atau antibody langsung muncul pasca dinyatakan sembuh. Perlu tes lanjutan antibody yang sayangnya masih cukup mahal,” ujarnya. 

Selain itu, ia menjelaskan, uji klinis fase tiga belum dilakukan pada anak-anak. Pada anak-anak dalam kondisi-kondisi tingkat gizi rendah atau bencana, berpotensi tertular dari orang dewasa di sekitarnya. “Sehingga yang perlu divaksin adalah orang dewasa,” ujarnya.

Selanjutnya: UPDATE Corona Indonesia, Rabu (7/4): Tambah 4.860 kasus baru, jangan kendor 5M

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×