kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.917.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.322   -28,00   -0,17%
  • IDX 7.379   92,25   1,27%
  • KOMPAS100 1.042   3,89   0,37%
  • LQ45 790   2,14   0,27%
  • ISSI 245   3,44   1,43%
  • IDX30 409   1,44   0,35%
  • IDXHIDIV20 468   1,34   0,29%
  • IDX80 117   0,44   0,38%
  • IDXV30 119   0,56   0,47%
  • IDXQ30 130   0,18   0,14%

Asa dari pertemuan Gubernur Bank Sentral EMEAP


Senin, 01 Agustus 2016 / 06:20 WIB


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

NUSA DUA. Pertemuan Gubernur Bank Sentral dalam forum Executives Meeting of East Asia-Pacific Central Banks (EMEAP) diharapkan memberikan titik cerah formulasi kebijakan bank sentral baik untuk stabilitas keuangan maupun pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dan negara-negara berkembang.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, dan diikuti oleh seluruh anggota EMEAP, yaitu sejumlah sebelas bank sentral dan otoritas moneter di Asia Timur dan Pasifik di Nusa Dua, Bali, Minggu (31/7). Ke-11 bank sentral tersebut yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, China, Korea, Jepang, Hongkong, Australia, dan New Zeland.

Adapun pertemuan tersebut akan dilanjutkan dengan seminar BI bersama Federal Reserve Bank of New York bertajuk 'Managing Stability and Growth Under Economic and Monetary Divergence' di Nusa Dua, Bali, Senin (1/8) besok. Dalam seminar tersebut juga akan dibahas mengenai risiko dan tantangan yang dihadapi para pengambil kebijakan di dunia.

Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy mengatakan, pertemuan tersebut penting sebagai koordinasi antar bank sentral negara berkembang dan negara maju dalam menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi yang rendah.

Menurut Leo, saat ini pertumbuhan ekonomi global lebih didorong oleh negara-negara maju. Sebab, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang cenderung melambat. Namun menurutnya, saat ini pertumbuhan ekonomi negara-negara maju belum bisa diandalkan lantaran pertumbuhan ekonominya tidak naik tajam.

Lebih lanjut ia mengatakan, ekonomi global saat ini juga tidak bisa mengharapkan kebijakan fiskal di negara maju lantaran leverage-nya sudah tinggi. Sementara kebijakan moneter di negara maju, kini beragam atau divergen.

"Oleh karena itu, tantangan untuk pembuat kebijakan saat ini adalah pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan," kata Leo dalam kegiatan Diskusi Ekonomi Terkini di Nusa Dua, Bali, Minggu (31/7).

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, kegiatan ini ditunggu oleh pasar, khususnya tanggapan dari bank sentral negara-negara terhadap kebijakan The Fed. Tak hanya itu, isu lainnya juga menarik yaitu terkait kebijakan moneter Bank Sentral India terkait rencana Raghuram Rajan untuk tidak memperpanjang masa jabatannya sebagai Gubernur Bank Sentral India.

Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada mengatakan, kebijakan bank sentral dari beberapa negara perlu disoroti. Antara lain, Bank Sentra India, Bank Sentral AS untuk memastikan kenaikan suku bunganya, Bank Sentral Jepang terkait upayanya untuk keluar dari resesi dan stimulus-stimulus yang dikeluarkan, serta Bank Sentral China terkait kebijakan devaluasi mata uangnya.

"Koordinasi tersebut dibutuhkan karena kita bisa tahu kebijakan apa yang akan dilakukan bank sentral dan solusi yang diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berlanjut," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×