CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Juni 2014, cadangan devisa US$ 107,7 miliar


Selasa, 08 Juli 2014 / 06:30 WIB
Juni 2014, cadangan devisa US$ 107,7 miliar
ILUSTRASI. Tengok Kurs Dollar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini Selasa, 7 Februari 2023i./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/19/12/2022


Reporter: Herlina KD, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Herlina Kartika Dewi

JAKARTA. Meski kebutuhan valuta asing (valas) sepanjang Juni 2014 cukup besar, namun ternyata cadangan devisa Indonesia tak banyak tergerus. Bahkan, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per akhir Juni 2014, cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 107,7 miliar, naik tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 107,04 miliar.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, pada Juni 2014 masih ada arus modal masuk (capital inflow) yang mengalir ke dalam negeri. Sehingga, "Ini membantu kenaikan cadangan devisa," jelasnya Senin (7/7).

Selain itu, kata Agus, dalam beberapa pekan terakhir BI selalu aktif di pasar, sehingga membantu kestabilan rupiah. Hal ini juga turut menopang kestabilan cadangan devisa. Meski ada modal masuk, tapi Agus mengakui pada Juni 2014 juga terjadi arus modal keluar sekitar US$ 300 juta yang membuat cadangan devisa hanya naik tipis.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Piter Jacobs menambahkan, naiknya cadangan devisa pada Juni 2014 terutama dipengaruhi oleh transaksi penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah yang lebih tinggi ketimbang kebutuhan pembayaran utang luar negerinya. Sementara itu, "Kebutuhan devisa untuk intervensi valas dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah dapat diimbangi dengan kenaikan simpanan deposito valas bank-bank di BI," jelas Piter.

Kepala Ekonom BII Juniman bilang, meski pada Juni 2014 banyak kebutuhan valas yang menguras cadangan devisa, tapi di sisi lain arus modal masuk ke domestik masih cukup banyak kendati tak setinggi bulan sebelumnya. Ia mencontohkan, di pasar obligasi, sepanjang Juni 2014 ada arus modal masuk sekitar Rp 6,4 triliun. Sementara di pasar saham sepanjang Juni 2014 ada arus modal masuk sekitar US$ 229 juta.

Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alexander Sugandi bilang cadangan devisa pada Juni 2014 masih bisa menguat tipis karena bulan lalu BI hanya melakukan intervensi terukur untuk menjaga agar fluktuasi rupiah tidak terlalu besar. Akibat intervensi yang terukur ini, BI bisa menghemat cadangan devisa.

Peter menambahkan, cadangan devisa Juni 2014 ini cukup untuk membiayai enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,

Juniman bilang, ke depan cadangan devisa Indonesia masih berpeluang meningkat. Terlebih lagi bila pemilihan presiden (pilpres) yang digelar pekan ini bisa berjalan lancar dan hasilnya sesuai dengan ekspektasi pasar. "Bila pilpres lancar, maka ada potensi arus modal masuk terutama dari investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI)," katanya.

Dalam hitungan Juniman, hingga akhir tahun cadangan devisa berpeluang naik ke kisaran US$ 108 miliar - US$ 109 miliar. Sebagai gambaran, pada akhir tahun lalu cadangan devisa Indonesia sekitar US$ 99,38 miliar.

Meski cadangan devisa berpeluang menguat, tapi Juniman melihat nilai tukar rupiah belum akan menguat signifikan. Dalam hitungannya, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp 11.700 per dollar Amerika Serikat (AS) - Rp 12.000 per dollar AS.

Alasannya, kondisi fundamental Indonesia masih belum terlalu bagus, terutama dari sisi eksternal. Maklum, saat ini Indonesia masih mengalami defisit transaksi berjalan yang besar. Sementara kinerja neraca perdagangan belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Berdasarkan kurs tengah BI, kemarin rupiah ada di level Rp 11.787 per dollar AS, menguat dibanding akhir Juni yang sekitar Rp 11.989 per dollar AS.

Menurut Juniman, ada peluang penguatan rupiah ke level Rp 11.300 per dollar AS bila hasil pilpres sesuai harapan pasar. Tapi, "Kondisi ini hanya bersifat sementara saja. Setelah pilpres rupiah bisa kembali ke kisaran yang lebih lemah yang mencerminkan fundamentalnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×