kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Apindo Sebut Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN-5


Senin, 29 Juli 2024 / 16:10 WIB
Apindo Sebut Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN-5
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mencatat, saat ini biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari Malaysia sebesar 13% dari PDB, Singapura 8% dari PDB, dan China 16% dari PDB.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia menjadi negara dengan biaya logistik, biaya energi, biaya tenaga kerja, dan biaya pinjaman termahal di antara negara ASEAN-5.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mencatat, saat ini biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari Malaysia sebesar 13% dari PDB, Singapura 8% dari PDB, dan China 16% dari PDB.

Shinta menyampaikan, Kementerian PPN/Bappenas mencatat adanya perbaikan pada biaya logistik RI, yakni turun jadi 14% sampai 15% dari PDB pada 2023.

“Tapi pada kenyataanya memperlihatkan adanya pelemahan yang signifikan dalam performa yang signifikan dari biaya logistik Indonesia. Utamanya dari sisi ketepatan waktu, kualitas layanan, trecking dan efisiensi pelayanan internasional. Ini juga jadi salah satu penyumbang neraca perdagangan jasa Indonesia,” tutur Shinta dalam agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7).

Baca Juga: Apindo: Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 6%-7% Jika Biaya Investasi Masih Tinggi

Untuk itu, Shinta menyebut, agar kondisi biaya perdagangan Indonesia menjadi perhatian pemerintah, karena termasuk yang termahal dan terlama pengurusannya dibanding negara ASEAN-5.

Disamping itu, kondisi biaya perdagangan tersebut juga akan menyulitkan importir, karena dalam memenuhi bahan baku penolong masih membutuhkan impor.

“Hal ini juga menyebabkan, produktivitas yang mungkin kurang maksimal, karena industri hulu dan domestik supply chain belum bisa menggantikan kebutuhan impor secara kompetitif. Kondisi ini justru jadi disinsentif peningkatan antisipasi Indonesia dalam global value chain,” ungkapnya. 

Selanjutnya: Sentiment Driving IDX Composite Increase in Stock Market Thins

Menarik Dibaca: 6 Benda Paling Kotor di Rumah yang Bisa Sebarkan Kuman dan Penyakit ke Tubuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×