kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Apindo Sebut Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN-5


Senin, 29 Juli 2024 / 16:10 WIB
Apindo Sebut Biaya Logistik Perdagangan Indonesia Termahal di ASEAN-5
ILUSTRASI. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mencatat, saat ini biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari Malaysia sebesar 13% dari PDB, Singapura 8% dari PDB, dan China 16% dari PDB.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia menjadi negara dengan biaya logistik, biaya energi, biaya tenaga kerja, dan biaya pinjaman termahal di antara negara ASEAN-5.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mencatat, saat ini biaya logistik perdagangan Indonesia mencapai 23,5% dari produk domestik bruto (PDB), lebih tinggi dari Malaysia sebesar 13% dari PDB, Singapura 8% dari PDB, dan China 16% dari PDB.

Shinta menyampaikan, Kementerian PPN/Bappenas mencatat adanya perbaikan pada biaya logistik RI, yakni turun jadi 14% sampai 15% dari PDB pada 2023.

“Tapi pada kenyataanya memperlihatkan adanya pelemahan yang signifikan dalam performa yang signifikan dari biaya logistik Indonesia. Utamanya dari sisi ketepatan waktu, kualitas layanan, trecking dan efisiensi pelayanan internasional. Ini juga jadi salah satu penyumbang neraca perdagangan jasa Indonesia,” tutur Shinta dalam agenda Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024, Senin (29/7).

Baca Juga: Apindo: Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 6%-7% Jika Biaya Investasi Masih Tinggi

Untuk itu, Shinta menyebut, agar kondisi biaya perdagangan Indonesia menjadi perhatian pemerintah, karena termasuk yang termahal dan terlama pengurusannya dibanding negara ASEAN-5.

Disamping itu, kondisi biaya perdagangan tersebut juga akan menyulitkan importir, karena dalam memenuhi bahan baku penolong masih membutuhkan impor.

“Hal ini juga menyebabkan, produktivitas yang mungkin kurang maksimal, karena industri hulu dan domestik supply chain belum bisa menggantikan kebutuhan impor secara kompetitif. Kondisi ini justru jadi disinsentif peningkatan antisipasi Indonesia dalam global value chain,” ungkapnya. 

Selanjutnya: Sentiment Driving IDX Composite Increase in Stock Market Thins

Menarik Dibaca: 6 Benda Paling Kotor di Rumah yang Bisa Sebarkan Kuman dan Penyakit ke Tubuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×