CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Antibiotik dilarang, kualitas produksi unggas menurun


Senin, 02 Juli 2018 / 19:37 WIB
Antibiotik dilarang, kualitas produksi unggas menurun
ILUSTRASI. Peternakan ayam


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Larangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) pada sektor peternakan mengakibatkan skor indeks produksi unggas menurun. Larangan penggunaan antibiotik ini berpengaruh pada daya hidup, efisiensi pakan, umur dan berat badan.

Bendahara Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan) Setya Winarno mencontohkan, kematian unggas yang tadinya 2% naik menjadi 3%. "Efisiensi pakan yang tadinya per kilogram (kg) ayam itu membutuhkan 1,4 kg, naik menjadi 1,6 kg. Pertumbuhannya pun lambatg,” ujar Setya, Senin (2/7).

Menurut Satya, akibat larangan penggunaan AGP ini mengakibatkan indeks produksi di peternakan kandang open house menurun 20 poin dan indeks produksi di kandang closed house menurun 5-10 poin.

Padahal, berdasarkan data Gopan, di Indonesia jenis kandang open house paling masih paling besar atau sekitar 80% dari total peternakan di dalam negeri.

Satya mengatakan, saat ini peternakan di Indonesia terbagi atas peternakan integrasi sebesar 30%, peternakan mitra 40%, peternakan besar dan mitra sebesar 20% dan peternak mandiri rakyat 10%.

Sementara, dari total peternak integrasi, baru 70% yang memiliki kandang closed house, kandang closed house di peternakan mitra sebesar 10%, peternak besar dan mitra yan sudah memiliki kandang closed house baru sebesar 20%, dan peternak mandiri yang memiliki kandang closed house hanya sekitar 10%.

Meski penggunaan AGP ini dapat mempermudah peternak dan menekan harga di peternak, tetapi larangan penggunaan AGP ini perlu didukung. Ini mengingat penggunaan AGP dapat menjadi residu antibiotik.

Setya pun mengatakan, penggunaan AGP ini bisa ditekan apabila biosecurity diperbaiki. “Yang tidak berkepentigan dilarang masuk kandang. Yang masuk pun harus memperhatikan biosecurity. Ada zona-zonanya. Masalahnya, kandang kita ini kan hanya satu zona. Kalau perbaikan itu dilakukan, otomatis tidak ada penyakit yang masuk,” tandas Setya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×