kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   -5.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.860   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.723   44,05   0,66%
  • KOMPAS100 968   3,45   0,36%
  • LQ45 754   3,69   0,49%
  • ISSI 213   0,95   0,45%
  • IDX30 391   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 471   3,02   0,64%
  • IDX80 110   0,24   0,22%
  • IDXV30 115   -0,16   -0,14%
  • IDXQ30 128   0,78   0,61%

Anindya Bakrie Buka-bukaan Nasib Neraca Dagang RI Imbas Penetapan Tarif Baru AS


Jumat, 04 April 2025 / 11:35 WIB
Anindya Bakrie Buka-bukaan Nasib Neraca Dagang RI Imbas Penetapan Tarif Baru AS
ILUSTRASI. Kadin menyebut adanya potensi pelemahan neraca dagang Indonesia apabila keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak direvisi.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menyebut adanya potensi pelemahan neraca dagang Indonesia apabila keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tak direvisi.

Anindya menjelaskan, apabila AS benar-benar meneruskan rencana pengenaan tarif timbal balik sebesar 32% untuk produk Indonesia, maka hal itu bakal berdampak signifikan pada perekonomian nasional.

“Jika AS menindaklanjuti rencana tarif impor 32% untuk produk Indonesia dampak signifikan akan menimpa neraca pembayaran, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi,” ujarnya melalui keterangan resmi, Jumat (4/4).

Baca Juga: Indonesia akan Perluas Mitra Dagang dan Perkuat Konsumsi untuk Atasi Tarif Trump

Terlebih, Anindya menekankan bahwa AS merupakan pemasok valuta asing terbesar, yang menyumbang surplus perdagangan sebesar US$ 16,8 miliar sepanjang tahun 2024. Maka, kata dia, pemerintah perlu segera melakukan langkah negosiasi membahas keputusan tersebut.

Adapun, barang-barang Indonesia yang diekspor ke AS merupakan produk manufaktur di antaranya peralatan listrik, alas kaki, pakaian dan bukan komoditas mentah. Selama ini, lanjut dia, produk Indonesia dikenakan tarif impor sekitar 10% di AS. 

“Namun, faktanya, beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk, karena Indonesia menikmati fasilitas Preferensi Sistem Umum (The Generalized System of Preferences/GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang,” tambahnya. 

Baca Juga: Trump Kenakan Tarif Impor Tambahan 32%, DPR: Alarm Serius Bagi Ekonomi Indonesia

Sementara itu, guna memperkuat posisi neraca perdagangan pasca-keputusan Trump, negosiasi perdagangan dapat dilakukan lebih selektif. Di mana, fokus bisa dilakukan pada industri padat karya  yang terdampak secara vertikal, hulu hingga hilir. 

“Selain itu, Indonesia perlu membuka pasar baru selain Asia Pasifik dan ASEAN, yakni pasar Asia Tengah, Turki dan Eropa, sampai Afrika dan Amerika Latin,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×