kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Anies belum terima usulan kurikulum pasar modal


Minggu, 31 Januari 2016 / 20:03 WIB
Anies belum terima usulan kurikulum pasar modal


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Adanya keinginan berbagai pihak untuk mengenalkan industri pasar modal kepada generasi muda melalui kurikulum pendidikan di tingkat dasar dan menengah belum akan terlaksana dalam waktu dekat ini. Pasalnya sampai dengan saat ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) belum menerima usulan atau wacana mengenai hal tersebut.

Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa belum pernah ada usulan dari siapa pun mengenai memasukkan pasar modal dalam kurikulum. Kendati demikian dirinya beranggapan bahwa setiap perubahan atau penambahan kurikulum harus sesuai dengan kemampuan anak dan kontekstualitas pendidikan Indonesia.

"Tidak pernah ada saran langsung ke saya dari siapa pun. Saya belum pernah dengar saran mengenai memasukkan pasar modal ke kurikulum," ujarnya kepada KONTAN, Sabtu (30/1).

Menurutnya, saat ini yang paling penting dikenalkan kepada anak-anak adalah berpikir kritis, analytical thinking dan kemampuan sintesa yang baik. Sebab, dengan begitu dalam bidang apa pun maka anak muda Indonesia mampu bersaing. Oleh karenanya, setiap usulan yang masuk harus dibarengi dengan tujuan dan kontektualitas pendidikan di Indonesia.

"Kalau ada orang datang menawarkan bisnis, diminta berikan saya Rp 10 juta nanti dalam 2 bulan jadi Rp 25 juta. Anak-anak kita enggak langsung percaya karena kritis ditanya dulu dan dikritisi. Analytical critic kita harus dibangun, jadi kebayang soal kurikulum itu membangun kemampuan kritis, analitis, sintesa, nah bidangnya bisa macem-macem termasuk pasar modal," lanjutnya.

Tidak semua usulan akan diakomodir untuk masuk ke dalam kurikulum, banyak diantaranya dikategorikan ke dalam ekstra kurikuler dan non kurikuler tergantung dengan kontekstualitasnya. Oleh karenanya, ia mengingatkan dengan kondisi Indonesia saat ini, apakah pasar modal tersebut sudah layak dan mendesak untuk dimasukkan ke dalam kurikulum di tingkat SMP dan SMA.

"Bayangkan anak-anak di Kabupaten Sumedang belajarnya pasar modal, terus mau kemana mereka? jadi kita mendidik anak-anak untuk mereka bisa hidup mandiri. Untuk bisa memanfaatkan ilmu, agar bisa menyejahterakan bukan menerapkan apa yang ada di tempat lain itu ke sini, itu beda sekali," pungkasnya.

Sebelumnya, wacana memasukkan bahan ajar pasar modal pada mata pelajaran ekonomi di tingkat SMP dan SMA sudah diembuskan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak akhir tahun 2013. Namun, wacana tersebut rupanya urung terealisasi akibat tidak adanya kejelasan kerjasama antara BEI dengan Kemdikbud.

Berkaca kepada negara tetangga, Singapura dan Thailand yang sudah memasukkan kurikulum pasar modal ke sekolah-sekolah tingkat menengah untuk meningkatkan jumlah investornya. Indonesia diharapkan juga harus bisa mengimplementasikan hal serupa agar ke depan iklim pasar modal Indonesia semakin menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×