kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   3.000   0,20%
  • USD/IDR 16.044   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.228   -30,50   -0,42%
  • KOMPAS100 1.085   -10,64   -0,97%
  • LQ45 851   -10,30   -1,20%
  • ISSI 221   -0,72   -0,32%
  • IDX30 435   -5,96   -1,35%
  • IDXHIDIV20 523   -7,09   -1,34%
  • IDX80 124   -1,32   -1,05%
  • IDXV30 129   -1,56   -1,19%
  • IDXQ30 145   -1,76   -1,20%

Ancaman trade war, RI harus dekati Trump


Selasa, 07 Maret 2017 / 22:55 WIB
Ancaman trade war, RI harus dekati Trump


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Usai terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, dunia berada dalam ketidakpastian. Menurut Ekonom Senior CSIS Mari Elka Pangestu, situasi ini dapat dikatakan sebagai new normal.

Situasi seperti ini bukan seperti terjadi financial crisis yang kemudian bisa kembali lagi, melainkan ada perubahan struktural yang terjadi di mana pertumbuhan perdagangan akan lebih rendah dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena ada perubahan dari cara produksi, cara trade, dan cara investasi di mana lebih banyak sektor jasa yang berperan.

Hal ini didukung oleh beberapa hal, yaitu faktor dunia yang tidak terlalu bersahabat, teknologi, dan perubahan cara melakukan produksi. Demi mengantisipasi situasi ini, Mari mengatakan bahwa Indonesia harus lebih mendorong diplomasi ekonomi dengan negara Asia Tenggara lainnya agar market semakin terbuka.

“Bukan kita stop karena takut akan dampak negatif, itu harus direspon dengan kebijakan-kebijakan yang tepat,” ujar mantan Menteri Perdagangan di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Terpisah, Ekonom CSIS Yose Rizal Damuri menambahkan memang dari kebijakan Donald Trump dari segi perdagangan yang paling ditakutkan adalah trade war. Namun hal ini menurut dia jangan sampai dijadikan oleh Indonesia untuk menerapkan proteksi juga

“Nanti yang rugi kita sendiri, kita banyak dapat manfaat dari keterbukaan ini, jangan keluarkan peraturan-peraturan yang lebih menutup diri, lebih proteksionis,” ucapnya.

Menurut Yose, Indonesia juga perlu menjadi lebih aktif lagi untuk menjadi pelopor dari integrasi perdagangan dengan negara lainnya, caranya misalnya melalui ASEAN Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) ataupun juga secara bilateral dengan AS.

“Indonesia mungkin bisa masuk juga ke AS, bagaimana membuka diplomasi ekonomi dengan AS. Trump itu basisnya adalah transaksional, artinya saling menguntungkan, yang sebenarnya sejalan juga dengan Presiden Jokowi. Ini tidak mustahil,” ujarnya.

Sementara itu, Senior Fellow Peterson Institute for International Economy Gary Clyde Hufbauer merekomendasikan Indonesia untuk mengajak salah satu adviser dari Presiden Trump untuk bertemu dengan Presiden Jokowi.

“Contohnya anak ipar Trump, Jared Kuschner. Saya kira Trump berbicara dengan sedikit orang, sangat terbatas. Jadi Indonesia bisa mencari nama orangnya dan bisa berdiskusi sehingga AS lebih mengetahui soal Indonesia,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×