kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Anas: Pak SBY, hati-hati dengar informasi pembisik


Jumat, 25 Oktober 2013 / 07:32 WIB
Anas: Pak SBY, hati-hati dengar informasi pembisik
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi melalui ATM BRI?di Jakarta, Minggu (15/8). (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disarankan bertindak hati-hati berhadapan dengan orang-orang di sekitarnya, terutama terkait masukan dan informasi yang sampai ke Presiden. Jangan sampai informasi dari mereka memicu reaksi yang keliru.

"Adalah berbahaya jika sikap dan kebijakan pemimpin diambil atas dasar informasi yang tidak valid. Yang salah adalah pembisiknya. Ke depan, beliau perlu lebih hati-hati dengan info para pembisik. Jangan sampai suntikan racun terus-menerus terasa sebagai madu," ujar Ketua Umum Organisasi Masyarakat Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Anas Urbaningrum melalui layanan pesan, Kamis (24/10/2013) malam.

Pernyataan Anas merupakan respons atas tudingan SBY bahwa Anas dan Sekretaris PPI Gede Pasek Suardika adalah aktor di belakang beredarnya kabar penculikan Subur Budhisantoso, pendiri Partai Demokrat, oleh Badan Intelijen Negara. Anas menegaskan tudingan itu tak sesuai dengan fakta dan kemarahan SBY adalah mutlak karena informasi yang salah.

"Saya malah bersimpati kepada Pak SBY. Karena beliau dapat informasi yang salah, bahwa Anas dan Pasek sebarkan berita penculikan Pak Subur, maka beliau marah. Dengan info itu, memang wajar Pak SBY marah," kata Anas.

Meski begitu, mantan Ketua Umum DPP Partai Demokrat ini mengaku ikhlas menerima kemarahan SBY. Anas hanya berharap kejadian serupa tak terjadi kepada orang lain. Lebih penting lagi, dia berharap SBY mau mendengar sarannya untuk lebih berhati-hati menyikapi informasi dari para pembisiknya.

Perseteruan Anas dan SBY terus meruncing. Setelah "drama" pencopotan Anas dan pendirian PPI, perseteruan terakhir terjadi menyusul kabar penangkapan Subur oleh BIN, akhir pekan lalu. Kabar tersebut langsung membuat Presiden memerintahkan BIN melakukan klarifikasi.

Setelah BIN membantah telah menangkap Subur, belakangan Subur pun mengklarifikasi tak pernah ditangkap lembaga intelijen itu. Menyusul kemudian beredar luas salinan layanan pesan singkat (SMS) bahwa Anas dan Pasek berada di belakang kabar penangkapan Subur oleh BIN itu.

Loyalis Anas menduga pesan singkat itu dikirim oleh Presiden SBY. Ada beberapa butir dalam pesan singkat yang kabarnya dikirim kepada para petinggi Partai Demokrat. Dua butir di antaranya beredar sampai ke kalangan wartawan.

Dua butir salinan pesan itu adalah sebagai berikut:
4. Jahat sekali, luar biasa sebenarnya saya tidak ingin melihat ke belakang, tapi pihak Anas terus-menerus menyerang dan menghantam saya, dan Partai Demokrat. Setelah hampir 3 tahun saya mengalah dan diam, saatnya saya untuk saya hadapi tindakan yang telah melampaui batasnya itu. Partai Demokrat atas kerja keras kita baru saja mulai bangkit. Karena perilaku sejumlah kader, termasuk Anas, partai kita sempat melorot tajam dan hancur. Kalau gerakan penghancuran Partai Demokrat dan SBY terus mereka lancarkan, para kader seluruh Indonesia akan sangat dirugikan. Sebagai unsur pimpinan partai, kita harus menyelamatkan partai kita, termasuk nasib dan masa depan jutaan kader dan anggota Partai Demokrat di seluruh Indonesia.

5. Jika terbukti Pasek (yang masih anggota DPR dari FPD) menyebarkan berita bohong yang mencemarkan nama baik BIN, dan secara tidak langsung nama baik Presiden, saya kira dewan kehormatan harus mengambil sikap. Saat dikonfirmasi tentang adanya pesan singkat ini, dua orang wakil ketua umum membantah. Agus Hermanto mengaku tidak menerima pesan itu. Ia hanya tidak menampik adanya pengarahan yang dilakukan SBY ke pengurus partai terkait pernyataan yang dilontarkan pengurus PPI. Sementara itu, Jhonny Allen mengaku tak menerima pesan itu. Ia menyampaikan dalam rapat terakhir dengan SBY, pengurus partai hanya diberikan arahan secara umum untuk menjaga kesolidan. (Indra Akuntono/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×