kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Analis: Tak ada urgensi BI rate untuk naik


Selasa, 07 Januari 2014 / 15:17 WIB
Analis: Tak ada urgensi BI rate untuk naik
ILUSTRASI. Kleptomania.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kamis besok (9/1), otoritas moneter Bank Indonesia (BI) akan melakukan rapat dewan gubernur (RDG) bulanan untuk pertama kalinya di tahun 2014. Kebijakan BI mengenai ketentuan BI rate atawa suku bunga akan menjadi perhatian pasar.

Sejumlah ekonom menilai, BI rate akan tetap di level 7,5%. Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat, saat ini tidak lagi ada urgensi bagi BI untuk menaikkan BI rate. Inflasi di tahun ini akan relatif stabil, berbeda dengan tahun 2013 kemarin yang melonjak naik akibat adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Sementara itu, dampak dari tapering off pun sudah disesuaikan dengan kondisi pasar. Kepastian tentang adanya pengurangan stimulus menjadi US$ 85 miliar per bulan yang mulai dilakukan Bank Sentral AS The Fed di Januari ini menjadi hal yang sudah bisa diprediksi pasar.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) Lana Soelistianingsih menjelaskan, selama triwulan pertama 2013 ini BI rate tetap akan berada di 7,5%. Pertemuan pertama Gubernur The Fed terbaru yaitu Janet Yellen yang akan dilakukan pada Maret nanti akan menjadi perhatian BI.

Pertemuan ini menyangkut kebijakan Janet soal tapering sebagai gubernur pengganti. "BI akan menunggu sinyal dari Janet sehingga BI belum perlu lakukan antisipasi di triwulan pertama ini," ujar Lana di Jakarta, Selasa (7/1).

Di sisi lain, pertumbuhan kredit pun dalam tren yang terus menurun. Kondisi neraca perdagangan pun sudah mulai membaik dengan surplus selama dua bulan berturut-turut pada Oktober dan November 2013 kemarin.

Sekedar mengingatkan, setelah surplus US$ 24,3 juta di bulan Oktober 2013, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan di bulan November 2013 mengalami surplus lagi sebesar US$ 776,8 juta.

Berdasarkan catatan BPS, impor pada November 2013 turun sebesar 3,35% dibandingkan bulan Oktober menjadi US$ 15,15 miliar.

Tak sependapat, Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat BI rate akan kembali dinaikkan 25 bps menjadi 7,75% pada RDG besok. Yang mempengaruhi kenaikan ini adalah rupiah yang masih terus melemah. Dampak tapering yang mulai dilakukan Januari ini akan membuat rupiah cenderung mengalami tekana. Dengan adanya kenaikan ini diharapkan bisa membuat suku bunga Indonesia menarik dibanding negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×