kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   9.000   0,46%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Tidak Terapkan Lagi Ekonomi Monyet. Apa Maksudnya?


Rabu, 07 Desember 2022 / 14:31 WIB
Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Tidak Terapkan Lagi Ekonomi Monyet. Apa Maksudnya?
ILUSTRASI. pertambangan mineral di Indonesia


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sudah cukup baik lantaran sudah meninggalkan mindset ekonomi ayam dan monyet.

Dalam hal ini, ekonomi ayam dan monyet diartikan sebagai praktik ekonomi yang bertahun-tahun dilakukan Indonesia dengan hanya menggali tambang kemudian tinggal diekspor ke luar negeri. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu ekosistem industri yang kuat yakni dengan cara hiirisasi.

"Kenapa sih ekonomi ayam? Karena kalau kami tahu ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus langsung dia makan. Sama kayak kami nambang gali-gali ekspor. Atau kalau misalnya ada asosiasi yang lain menyebutnya ekonomi monyet. Monyet kan petik langsung dimakan. Jadi ini enggak, saya kira mindsetnya kita berubah," ujar Septian dalam acara Forum Kemitraan Investasi: Kemitraan Pelaku Usaha untuk Investasi Inklusif dan Berkelanjutan, Rabu (7/12).

Baca Juga: Sukses Digelar, Berikut Hasil Pertemuan Tingkat Menteri AIS Forum 2022

Septian mengatakan, Indonesia kini telah menggunakan sumber daya alam mineralnya tidak hanya menjualnya melalui bahan mentah saja, namun diolah menjadi sesuatu yang bernilai tambah dengan cara hilirisasi. Terbukti, dengan cara melakukan hilirisasi telah berdampak kepada peningkatan ekspor.

"Kami sudah mulai di nikel jadi besi baja, kita akan mengarah kepada batery lithium," katanya.

Berdasarkan paparannya, hilirisasi nikel menjadi besi baja dan bahan baku baterai telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor.

Tercatat, per Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel telah mencapai US$ 28,3 miliar dan sampai akhir tahun diperkirakan akan menyentuh US 33 miliar.

"Jadi ini suatu yang sangat signifikan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×