kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Tidak Terapkan Lagi Ekonomi Monyet. Apa Maksudnya?


Rabu, 07 Desember 2022 / 14:31 WIB
Anak Buah Luhut Sebut Indonesia Tidak Terapkan Lagi Ekonomi Monyet. Apa Maksudnya?
ILUSTRASI. pertambangan mineral di Indonesia


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto mengatakan bahwa ekonomi Indonesia sudah cukup baik lantaran sudah meninggalkan mindset ekonomi ayam dan monyet.

Dalam hal ini, ekonomi ayam dan monyet diartikan sebagai praktik ekonomi yang bertahun-tahun dilakukan Indonesia dengan hanya menggali tambang kemudian tinggal diekspor ke luar negeri. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu ekosistem industri yang kuat yakni dengan cara hiirisasi.

"Kenapa sih ekonomi ayam? Karena kalau kami tahu ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus langsung dia makan. Sama kayak kami nambang gali-gali ekspor. Atau kalau misalnya ada asosiasi yang lain menyebutnya ekonomi monyet. Monyet kan petik langsung dimakan. Jadi ini enggak, saya kira mindsetnya kita berubah," ujar Septian dalam acara Forum Kemitraan Investasi: Kemitraan Pelaku Usaha untuk Investasi Inklusif dan Berkelanjutan, Rabu (7/12).

Baca Juga: Sukses Digelar, Berikut Hasil Pertemuan Tingkat Menteri AIS Forum 2022

Septian mengatakan, Indonesia kini telah menggunakan sumber daya alam mineralnya tidak hanya menjualnya melalui bahan mentah saja, namun diolah menjadi sesuatu yang bernilai tambah dengan cara hilirisasi. Terbukti, dengan cara melakukan hilirisasi telah berdampak kepada peningkatan ekspor.

"Kami sudah mulai di nikel jadi besi baja, kita akan mengarah kepada batery lithium," katanya.

Berdasarkan paparannya, hilirisasi nikel menjadi besi baja dan bahan baku baterai telah berkontribusi signifikan terhadap peningkatan ekspor.

Tercatat, per Oktober 2022 kontribusi turunan ekspor nikel telah mencapai US$ 28,3 miliar dan sampai akhir tahun diperkirakan akan menyentuh US 33 miliar.

"Jadi ini suatu yang sangat signifikan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×