CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Amerika Serikat terancam resesi, ini dampaknya bagi ekonomi Indonesia


Kamis, 15 Agustus 2019 / 20:23 WIB
Amerika Serikat terancam resesi, ini dampaknya bagi ekonomi Indonesia
ILUSTRASI. Lapangan Kerja


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Risiko resesi Amerika Serikat (AS) semakin nyata. Yield obligasi AS tenor tiga bulanan tercatat lebih tinggi dibanding yield sepuluh tahun.

Sementara, untuk yield tenor dua tahun terhadap sepuluh tahun belum terjadi perubahan. Begitupun nilai probabilitas resesi hingga satu tahun mendatang yang dikeluarkan The Federal Reserve pun menunjukkan berada di bawah 30%.

Baca Juga: Desas-desus resesi bikin IHSG tergerus

Ancaman resesi ekonomi AS meningkat setelah ekonomi Jerman berbalik arah dan melemah pada kuartal kedua tahun ini. Tambah lagi, pertumbuhan output industri China yang turun ke level terendah lebih dari 17 tahun pada Juli 2019.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menilai pelaku pasar global memandang peluang AS mengalami resesi semakin besar khususnya tercermin dari yield curve US bond yang inverted.

Dia mengaku persepsi pasar berbeda dengan perkiraan The Fed yang memperkirakan ekonomi AS masih tumbuh cukup baik sebagaimana tercermin dari indikator lainnya seperti inflasi yang dibilang masih terjaga.

Baca Juga: Kekhawatiran perlambatan ekonomi global menekan rupiah

Ekonom Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menambahkan inverted yield obligasi AS telah mampu memberikan sinyal pd setidaknya 7 kali resesi dalam lima puluh tahun terakhir di AS, menjadikan sentimen negatif pasar keuangan global meningkat.

“Hal itulah yang menjalar ke negara emerging market, termasuk Indonesia. Sehingga risiko premium kita meningkat, akibatnya yield kita malah meningkat saat yield US nya memiliki tren menurun,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (15/8).



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×