Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Hak ini bisa dilihat dari tingginya bencana alam di Indonesia seperti banjir, kekeringan yang berujung pada meningkatnya kebakaran hutan menurunnya kualitas air bersih, rusaknya asset sumber daya alam.
Staf khusus Menteri Keuangan untuk Bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin mengatakan, menyadari hal tersebut Indonesia memandang pentingnya aksi perubahan iklim yang diwujudkan dalam komitmen internasional maupun perencanaan pembangunan yang ramah lingkungan.
Komitmen internasional tersebut, lanjutnya akan dituangkan dalam nationally determined contribution Indonesia yang mencerminkan target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan upaya sendiri maupun 41% dengan dukungan internasional. Dibandingkan dengan benchmark-nya yaitu bisnis business as usual yang akan dicapai pada 2030
Baca Juga: Tingkatkan penggunaan gas dan EBT, Pertamina buka peluang kemitraan
“Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan berbagai kegiatan adaptasi maupun mitigasi lingkungan sebagai wujud tanggung jawab di tingkat nasional dan global dengan aksi yang nyata. Selain itu Indonesia juga sudah menyusun dokumen long-term strategy on low carbon and climate resilience 2050 (LTS-LCCR 2050) pada 2020,” kata Masyita dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/7).
Dengan begitu kata Masyita, Indonesia akan bersiap pada net zero emission yang tetap akan mempertimbangkan kondisi ekonomi yang terus bertumbuh berketahanan iklim dan juga berkeadilan.
Selain itu dokumen strategi ini adalah bentuk arahan dalam jangka panjang dan pedoman bagi Indonesia dalam implementasi, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta komitmen emisi 5 tahunan selanjutnya.
Dalam mewujudkan LTS-LCCR 2050, Masyita mengatakan sektor pertanian, kehutanan dan penggunaan lahan lain, sektor energy akan menjadi sangat krusial dalam menentukan arah yang akan dituju pada 2050.
Dalam skenario yang paling ambisius yaitu Low Carbon Compatible with Paris Agreement (LCCP) Indonesia mencapai puncak emisi tertinggi pada 2030, dengan sector kehutanan dan penggunaan lahan lain yang sudah menyerap karbon.
Untuk itu, Masyita bilang, seluruh sektor sudah harus mulai meningkatkan upaya untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca menuju 2040. “Diharapkan pada 2050 dapat tercapai ketahanan iklim melalui sektoral dan juga kewilayahan,” kata Masyita.
Baca Juga: Prospek Emiten Batubara Tersandung Energi Hijau
Dengan skenario ambisius Indonesia akan dapat mencapai net zero emission pada 2070. Untuk itu, diperlukan kerja keras dan kerja bersama seluruh pihak untuk mencapai target tersebut. Baik dari Kementerian-Lembaga, Pemerintah Daerah, dunia usaha, Lembaga Keuangan, masyarakat, swasta, dan organisasi masyarakat sipil lainnya.
Lebih lanjut, kata Masyita, dukungan internasional juga tak kalah penting, baik itu dari segi pembiayaan peningkatan kapasitas, kerja sama teknologi, riset, peningkatan perdagangan dan investasi yang rendah emisi gas rumah kaca, serta rezilion infrastructure.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News