Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) terhadap PT Optima Enviro Resorces dan PT Diva Kencana Borneo. Dua perusahaan ini merupakan anak usaha PT Atlas Resources Tbk (ARII).
AKRA mengajukan PKPU tersebut lantaran keduanya hingga saat ini belum membayar tagihan yang jika ditotal nilainya mencapai sekitar Rp 53,84 miliar.
"Ini tunggakan pembelian solar," ujar Henry Nababan, pengacara AKRA dari Djainuri & Henry Attorney at Law kepada KONTAN, Minggu (25/7).
Optima Enviro menunggak tagihan sebesar US$ 2,12 juta atau setara sekitar Rp 30,53 miliar jika menggunakan asumsi kurs Rp 14.400 per dollar Amerika Serikat (AS). Sedang tunggakan Diva Kencana sebesar Rp 23,32 miliar.
Ihwal munculnya tagihan tersebut bermula dari perjanjian jual beli solar antara AKRA bersama Optima Enviro yang dimulai pada 2010. Kemudian, AKRA melakukan perjanjian serupa dengan Diva Kencana pada 2013.
Baca Juga: Ini alasan API minta PKPU Pan Brothers (PBRX) dihentikan sementara
Namun, pembayaran dari Optima Enviro macet medio perjanjian tersebut. "Transaksi dari Diva Kencana Borneo juga langsung macet di 2013," tandas Henry.
Sejak periode tersebut, AKRA sejatinya sudah menjalin komunikasi dengan keduanya. Namun, upaya ini tidak membuahkan hasil.
AKRA juga berkali-kali melayangkan somasi baik kepada Optima Enviro dan Diva kencana. "Tapi, tidak ada itikad baik, bahkan mencicil pun tidak," imbuh Henry.
Kondisi tersebut yang pada akhirnya membuat AKRA memutuskan untuk menempuh jalur hukum atas tagihan yang nilainya saat ini setara sekitar 7,59% dari piutang jangka panjang pihak ketiga.
Adapun berdasarkan laporan keuangan AKRA per kuartal pertama kemarin, nilai pos piutang ini sebesar Rp 708,78 miliar.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari manajemen ARII. Asal tahu saja, ARII masih mencatat kerugian bersih US$ 2,16 juta pada kuartal pertama tahun ini.
Selanjutnya: Prospek saham Garuda (GIAA) di tengah tekanan utang dan sulitnya beroperasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News