Reporter: Herlina KD | Editor: Edy Can
JAKARTA. Komite Ekonomi Indonesia (KEN) memperkirakan kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa melorot 0,2% hingga 0,3% akibat krisis utang yang terjadi di Eropa. Ini lantaran Uni Eropa menghentikan fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Ketua KEN Chairul Tanjung menjelaskan selama ini negara Uni Eropa memberikan fasilitas GSP kepada negara berkembang untuk meningkatkan akses perdagangan internasional. Hanya saja, "Karena situasi ke Eropa sedang krisis sulit, makanya fasilitas itu direview, tidak semua negara diberikan. Nah Indonesia itu sudah tidak diberikan saya rasa. Sudah berpenghasilan menengah," ujarnya, Kamis (8/12).
Akibat penghentian fasilitas itu, Chairul menilai akses ekspor ke negara-negara Eropa tahun depan akan semakin terbatas. Ditambah lagi, permintaan dari Eropa terhadap komoditas ekspor dari Indonesia juga melorot karena perlambatan ekonomi. Karena itu, Chairul memprediksikan, pertumbuhan ekspor tahun 2012 tidak akan setinggi tahun ini.
Untuk mengimbangi penurunan ekspor ini, Chairul berharap pemerintah menjaga konsumsi dalam negeri dan peningkatan investasi. "Sehingga, saya dari KEN masih merasa pertumbuhan ekonomi di 2012 bisa dipertahankan setingkat seperti tahun 2011," ujarnya. Asal tahu saja, pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5% pada tahun ini.
Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida S. Alisjahbana mengakui krisis ekonomi global akan memperlambat ekspor dan impor. Dia memperkirakan, pertumbuhan ekspor memang tidak sekencang tahun ini.
Kendati demikian, Armida yakin target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7% pada 2012 mendatang bisa tercapai. "Jadi, kalau ekspor melambat, berarti investasi harus tetap kita upayakan tumbuh. Tahun 2011 investasi (PMTB) diperkirakan tumbuhn 7% - 8%, tahun depan tidak boleh turun," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News