Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga kuat meski di tengah pelambatan perekonomian global. Tercatat, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,11% pada kuartal I-2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan sejumlah strategi juga telah ditempuh pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, antara lain dengan bauran kebijakan fiskal dan moneter yang fleksibel, responsif, dan akomodatif, serta mendorong konsumsi dan investasi.
“Sejalan dengan upaya kami untuk memperbaiki iklim investasi, Indonesia telah mengambil langkah-langkah dalam meningkatkan insentif pajak untuk menarik investasi asing dan domestik ke negara ini,” kata Airlangga dalam keterangan resminya, Rabu (19/5).
Baca Juga: Perang Insentif Pajak Dinilai Hanya Untungkan Perusahaan Multinasional
Uni Eropa (UE) dan negara-negara anggotanya merupakan salah satu pihak yang turut memainkan peran penting dalam perdagangan luar negeri dan investasi Indonesia. Pada 2023, total perdagangan tercatat sebesar US$ 30,8 miliar dan investasi UE di Indonesia selama lima tahun terakhir (2019-2023) mencapai US$ 12,1 miliar.
Untuk mengoptimalkan dan meningkatkan potensi kerja sama ekonomi yang lebih tinggi, perundingan CEPA Indonesia dengan UE juga terus dipercepat dan diselesaikan secara substansial.
Setelah perjanjian tersebut selesai, kemitraan Indonesia dan UE diharapkan akan berada di level yang baru dengan kemampuan memfasilitasi dan menciptakan akses pasar baru, meningkatkan perdagangan antara UE dan Indonesia, serta memperluas investasi langsung.
“Semua negosiasi ini sangat penting bagi kedua belah pihak, dan Presiden Joko Widodo juga sudah mengarahkan agar ini cepat-cepat tercapai kesepakatannya, supaya bisa meningkatkan investasi, dan memberi kesejahteraan lebih besar kepada masyarakat,” jelasnya.
Baca Juga: Insentif Pajak Belum Optimal Dorong Investasi
Ditambah lagi, Indonesia menjadi anggota ASEAN pertama yang memulai proses aksesi OECD, dan berpotensi menjadi anggota OECD ketiga di Asia setelah Jepang dan Korea. Proses aksesi OECD diharapkan dapat menjadi katalisator perumusan atau penyempurnaan kebijakan dan peraturan unggul.
“Thailand juga akan menyusul, dan masuknya kami dari Asia Tenggara akan membuat OECD lebih kuat, karena OECD butuh global south partner juga seperti kami. Untuk itu, langkah konkret harus diambil dan saya harapkan dunia usaha Eropa untuk bekerja sama ke depannya, sehingga kontribusi EuroCham terhadap Indonesia diharapkan tetap loud and clear,” tutup Menko Airlangga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News