Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mengklaim sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) buatan Indonesia kini menjadi kekuatan baru yang menarik perhatian dunia, bahkan membuat negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat (AS), merasa khawatir dan takut.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, popularitas dan kemudahan penggunaan QRIS telah mendominasi sistem pembayaran di Indonesia.
“QRIS ini sudah 56 juta penggunanya, bandingkan credit card. Jadi credit card 17 juta, QRIS sudah sekitar 56 juta. Makanya ditakuti,” ujar Airlangga dalam acara CEO Insight, rangkaian Kompas 100 CEO Forum, di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Baca Juga: KPK Periksa Eks Mensos Juliari Batubara Soal Kasus Penyaluran Bansos Beras
Airlangga menjelaskan, pemerintah terus mendorong digitalisasi sistem keuangan melalui Local Currency Settlement (LCS) atau Local Currency Transaction (LCT), salah satunya lewat perluasan penggunaan QRIS di berbagai negara.
“Dengan QRIS ini kita sudah tembus berbagai negara, termasuk ASEAN, lima negara ASEAN plus Jepang, juga didorong ke Uni Emirat Arab (UEA) dan berbagai negara lain. Ini yang dikhawatirkan oleh berbagai negara,” jelasnya.
Saat negara lain meragukan standar sistem QRIS apakah sesuai dengan standar internasional, Airlangga menegaskan bahwa sistem tersebut telah kompatibel secara global.
“Jawabannya iya, karena ini bisa digunakan di berbagai negara. Nanti ASEAN juga akan membuat platform tersendiri, dan salah satu yang sedang diusulkan agar platformnya dipakai adalah Singapura,” katanya.
Ia menambahkan, dengan jumlah pengguna yang besar dan ekosistem yang kuat, QRIS memiliki potensi besar untuk menjadi standar regional di masa depan.
“Tentu kita yang platformnya lebih besar harus bisa lebih kuat lagi,” tegasnya.
Lebih lanjut, Airlangga memproyeksikan ekonomi digital Indonesia akan terus berkembang pesat dalam dua dekade mendatang.
“Ekonomi digital itu diharapkan bisa tumbuh sampai dengan tahun 2045 antara 15,5% sampai 19%. Jadi ekonomi digital akan tumbuh tiga kali lebih cepat dibanding ekonomi secara rata-rata,” tuturnya.
Dengan dukungan sistem pembayaran seperti QRIS dan penguatan transaksi berbasis mata uang lokal, pemerintah optimistis transformasi digital akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: Danantara Siap Tender PLTSa di 7 Kota, Begini Tanggapan APKASI
Selanjutnya: Kapan Awal Puasa 2026? Simak juga Jadwal Libur Lebaran dan Cuti Bersama
Menarik Dibaca: Simak Cara Merawat Tubuh dan Mood ala Eskulin untuk Remaja Aktif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


 
 
 
 
 
 
 










