Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku sudah meminta maaf kepada mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto terkait istilah "di-Prijanto-kan". Ia pun berjanji tidak akan pernah lagi menggunakan istilah tersebut. Meski demikian, Basuki tidak menjelaskan makna dari kata tersebut.
"Saya sudah minta maaf, kok, sama beliau (Prijanto). Beliau tersinggung. Istilah 'di-Prijanto-kan', 'di-JK-kan' itu sudah ada di Kompasiana. Tidak tahu kenapa beliau tersinggung saya menggunakan istilah yang sama," kata Basuki di Balaikota, Jakarta, Senin (10/3/2014).
"Saya tidak bermaksud merendahkan beliau. Tapi karena beliau keberatan, saya minta maaf. Saya juga tidak mau pakai istilah itu lagi," katanya lagi menanggapi pernyataan Prijanto.
Basuki mengakui, permintaan maaf disampaikannya setelah Prijanto menyampaikan keberatan terhadap pernyataannya yang menyatakan akan "mem-Prijanto-kan" Wakil Gubernur yang tidak bisa selaras dengan dirinya.
Undang-undang yang berlaku mengharuskan seorang kepala daerah untuk mengundurkan diri dari jabatannya apabila mencalonkan diri sebagai calon presiden. Jika Joko Widodo alias Jokowi mundur dari jabatannya sebagai Gubernur DKI, maka Basuki yang akan menduduki kursi DKI-1.
"Saya ngomong di telepon, dia minta dicabut (beritanya). Saya bilang, mana bisa kita ngatur wartawan," ujar Basuki.
Lebih lanjut, Basuki berjanji ke depannya akan lebih berhati-hati dalam menggunakan istilah, terutama yang berhubungan dengan nama seseorang. "Belajar jangan lagi menyinggung. Walaupun itu istilah umum, tapi karena menyangkut orang, ya sudah. Kalau gitu, jangan dipinjam lagi istilahnya. Sensitif soalnya," tukas pria yang akrab disapa Ahok itu.
Sebelumnya, Prijanto menyayangkan tindakan Basuki yang menyebut istilah "di-Prijanto-kan". Meski begitu, ia mengakui jika istilah tersebut sudah pernah muncul lama di laman Kompasiana. Artikel itu diunggah oleh Go Teng Shin pada Mei 2013 dengan judul Ahok: Pendamping atau Pesaing Jokowi.
Selain mengeluarkan istilah "di-Prijanto-kan", Go Teng Shin juga mengeluarkan istilah "di-JK-kan (Jusuf Kalla)". Kendati demikian, maksud dari Go Teng Shin membuat artikel tersebut dengan alasan yang logis dan tutur bahasa yang sopan.
Istilah "di-JK-kan" berkaca pada hubungan SBY dengan JK saat berdampingan sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI 2004-2009, hingga akhirnya JK tidak difungsikan dengan baik jelang Pemilu 2009. Sedangkan istilah "di-Prijanto-kan", menurut Go Teng Shin, berarti Prijanto yang diamankan dan tidak boleh berbicara oleh sang Gubernur kala itu, Fauzi Bowo.
"Ahok, kan, tidak, dia menyatakan seolah-olah saya ini tidak bekerja untuk rakyat. Berarti dia sudah menganggap dirinya seperti Fauzi Bowo dan wakilnya dari PDI-P harus 'di-Prijanto-kan', ini, kan, gila," kata Prijanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News