Reporter: Ratih Waseso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ahli Virologi Universitas Udayana Bali Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan, dua concern mutasi virus di dunia saat ini ialah varian Alpha dan varian Delta. Saat ini proporsi varian Alpha masih mendominasi temuan di dunia sekitar 60%-65%.
Namun yang menarik ialah varian Delta. Dimana dalam dua minggu terakhir, menurut Mahardika, terjadi lonjakan temuan varian Delta yang ada di dunia.
"Varian Delta menarik, karena tadinya [proporsi temuan] 2% atau 3% sampai 5% virus di dunia. Dalam dua minggu terakhir melonjak 20% atau lebih dari virus dunia digolongkan varian Delta," ungkapnya dalam Dialog Produktif Selasa yang disiarkan kanal YouTube FMB9ID_IKP, Selasa (22/6).
Yang menarik dari varian Delta ialah terjadi perubahan gen dalam virus Covid-19 pada sekitar 32 titik. Dari analisisnya dari 32 titik tersebut terjadi perubahan hanya 0,1% secara statistik.
"Ini sangat minor, tapi ada beberapa mutasi yang kemungkinan dia menyebabkan virus mudah menular," imbuhnya.
Namun Mahardika mengatakan meningkatnya tren kasus saat ini tak hanya lantaran adanya mutasi virus Covid-19. Faktor adanya kerumunan manusia serta faktor lingkungan juga menjadi penyebab semakin meningkat tren penambahan kasus.
Baca Juga: Ini Tips WHO Menghadapi Mutasi Varian Delta Covid-19
"Kemudian nampaknya virus ini lebih mudah menular karena ada perubahan gen ada satu tempat aksi protease dari virus ini mengalami perubahan, mudah menularkan dari orang ke orang," kata Mahardika.
Virus Covid-19 memang memiliki sifat mudah berubah dalam waktu yang terhitung singkat. Mahardika menambahkan, dengan sifat virus Covid-19 seperti itu maka sangat logis jika muncul varian atau mutasi yang mendominasi meski dalam waktu singkat.
"Jadi semakin banyak orang terinfeksi, maka semakin banyak ruang bermutasi dan karena kemudian ada lokasi jadi pembatasan geografis bisa saja satu varian muncul di satu tempat geografis," jelasnya.
Lebih lanjut mutasi virus tak selamanya menunjukkan meningkatnya keganasan sebuah virus. Mahardika menyebut ada kemungkinan justru mutasi membuat virus menjadi tidak ganas.
Ia mencontohkan seperti 100 tahun lalu pandemi flu berhenti lantaran terjadi dua kemungkinan, pertama virus flu bermutasi menjadi tidak lagi ganas dan kedua terbentuknya herd immunity secara alami lantaran belum ditemukan vaksin.
"Sebagai Ahli Virologi saya berdoa bahkan virus itu bisa bermutasi menjadi virus yang kurang ganas sehingga virus ini menjadi tidak berbahaya lagi sama seperti flu biasa," harapnya.
Hingga saat ini Mahardika menekankan bahwa vaksin yang saat ini digunakan untuk penanganan Covid-19 masih tergolong aman dan efektif meski terdapat varian baru.
Maka masyarakat diminta untuk tidak anti terhadap vaksin, dimana vaksin dan penerapan 5M kini menjadi ikhtiar jalan untuk keluar dari pandemi.
Selanjutnya: Cara mencegah Covid-19 akibat infeksi virus corona varian Delta yang merajalela
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News