kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

ADB prediksi pertumbuhan ekonomi RI 2014 menurun


Selasa, 01 April 2014 / 11:21 WIB
ADB prediksi pertumbuhan ekonomi RI 2014 menurun
ILUSTRASI. Penyebab Sakit Perut Sebelah Kanan Bawah Pada Wanita


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam laporannya yang bertajuk Asian Development Outlook (ADO 2014) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 akan sedikit menurun. Kemudian, pertumbuhan ekonomi akan kembali menguat pada tahun 2015 mendatang.

"ADB memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit menurut menjadi 5,7 persen pada tahun 2014, untuk kemudian naik menjadi 6,0 persen pada tahun 2015," kata Country Director ABD Indonesia Adrian Ruthenberg di Jakarta, Selasa (1/4/2014).

Lebih lanjut, Adrian mengatakan, prediksi ini mengasumsikan bahwa pemilihan umum bulan April dan Juli akan berlangsung lancar, dan pemerintah akan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki iklim investasi. Ia mengungkapkan, konsumsi swasta diperkirakan akan tumbuh perlahan, didukung oleh menurunnya inflasi dan pembelanjaan seputar pemilihan umum (pemilu) di semester pertama 2014.

"Investasi diperkirakan akan membaik di tahun 2015 setelah pemerintahan baru memaparkan kebijakannya dan mendorong investasi di bidang infrastruktur. Prospek investasi akan membaik seiring tingkat inflasi yang lebih rendah dan defisit transaksi berjalan yang membaik di 2015, serta menguatnya perdagangan dunia," ujar Adrian.

Sementara itu, Deputy Country Director ADB untuk Indonesia Edimon Ginting menjelaskan, tantangan yang cukup signifikan bagi Indonesia saat ini adalah mengatasi defisit transaksi berjalan. "Untuk menghadapi tantangan defisit transaksi berjalan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk memperlambat laju permintaan domestik, mendorong ekspor dan menahan impor, seiring depresiasi rupiah," ujarnya.

Namun demikian, Edimon memandang dampak kebijakan tersebut hanya akan bertahan dalam satu atau dua tahun. Dalam jangka panjang, kata dia, penguatan neraca transaksi berjalan memerlukan reformasi struktural untuk memacu tingkat produktivitas dan daya saing secara berkelanjutan.  (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×