kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pandemi Covid-19, Bank Dunia ingatkan soal kemiskinan dan ketimpangan


Rabu, 29 September 2021 / 19:23 WIB
Ada pandemi Covid-19, Bank Dunia ingatkan soal kemiskinan dan ketimpangan
ILUSTRASI. Logo Bank Dunia


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia mengakui, pandemi Covid-19 tak hanya akan menghambat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meningkatkan jumlah masyarakat miskin dan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. 

Untuk itu, memang diperlukan pemulihan ekonomi yang cepat, sehingga tingkat kemiskinan semakin menurun dan ketidaksetaraan juga akan menyempit. 

Bank Dunia mengeluarkan dua skenario mengenai tingkat kemiskinan bagi negara Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, yang bisa dilihat di tahun 2023. 

Skenario tersebut adalah mengenai jumlah kemiskinan di tahun tersebut bila diterapkan kebijakan (policies) yang progresif dan sebaliknya, jumlah kemiskinan bila diterapkan kebijakan yang regresif. 

Bank Dunia merinci, dengan skenario kebijakan progresif, di sini berarti ada perlakuan adil yang menguntungkan mereka yang berpendapatan tinggi dan mereka yang berpendapatan rendah. 

Dengan adanya kesetaraan, maka ini membuat bahkan 5 kelompok masyarakat termiskin mendapatkan pendapatan rumah tangga yang layak. 

Baca Juga: Survei Cigna: Indeks persepsi kesejahteraan Indonesia tahun 2021 menurun

“Contohnya saja, rumah tangga paling miskin bisa mendapatkan 1,33 kali dari rata-rata pendapatan per kapita saat itu,” ujar Bank Dunia dalam laporannya, seperti dikutip Rabu (29/9). 

Dengan demikian, jumlah masyarakat yang tetap berada di zona aman alias tidak masuk ke zona rentan miskin atau menjadi miskin, bisa tumbuh 4,6% poin. 

Sedangkan, dengan menerapkan kebijakan yang regresif, Bank Dunia melihat ada tingkat ketimpangan yang tinggi antara masyarakat kaya dan miskin. 

Sehingga, ini akan membuat tingkat kemiskinan susah turun dan masih banyak masyarakat yang tidak bisa keluar dari zona rentan miskin. 

“Pemulihan yang regresif di Indonesia membuat perlambatan pemulihan tingkat kemiskinan hingga 2% poin dari pola progresif. Sementara masyarakat yang berada di zona aman hanya tumbuh 3,0% poin, lebih rendah dari perkiraan skenario progresif,” tambah Bank Dunia. 

Dengan demikian, bila pola kebijakan regresif diterapkan, maka kurang dari 5,7 juta orang berhasil keluar dari jurang kemiskinan dan kurang dari 4,6 juta orang keluar dari zona rentan. 

Ini berarti, ada kurang dari 5,7 juta orang yang berhasil keluar dari zona kemiskinan dan kurang dari 4,6 juta orang keluar dari zona rentan miskin. 

Selanjutnya: Bank Dunia: Varian Delta menghambat pertumbuhan ekonomi di Asia Timur dan Pasifik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×