Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat aktivitas hajatan pemilu pada tahun depan akan berdampak kepada kinerja investasi di Jakarta.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Arylana Abubakar mengatakan bahwa kinerja investasi akan sedikit tertahan pada tahun depan. Hal ini karena investor atau pengusaha akan cenderung wait and see pada periode pemilu.
Hanya saja, Arylana bilang, tren investasi yang tertahan pada momen pemilu merupakan pola historis yang sering terjadi.
"Kita lihat kinerja investasi agak sedikit tertahan karena dipengaruhi oleh sikap wait and see investor pada periode pemilu dan ini memang sejalan dengan pola historis yang selama ini terjadi," ujar Arylana dalam acara Seminar Outlook Jakarta 2024, di Jakarta, Rabu (6/12).
Baca Juga: IHSG Bisa Melaju ke Level 7.700 di 2024, Intip Berbagai Pendukungnya
Untuk diketahui, kinerja investasi DKI Jakarta para kuartal III-2023 kembali mencatatkan hasil yang positif. Tercatat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatatkan realisasi investasi tertinggi di tingkat nasional pada kuartal III-2023.
Adapun, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai US$ 1,1 miliar atau setara Rp 16,7 triliun, sementara realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menembus angka Rp 34,2 triliun.
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyadari bahwa kinerja investasi kerap naik-turun pada saat momen pemilu.
Menariknya, kata Andry, setiap penyelenggaraan Pemilu di Indonesia selalu dimulai dengan peristiwa global yang tidak menguntungkan alias unfavorable global event.
Baca Juga: Sambut 2024, Ini Sederet Saham Pilihan yang Bisa Ditimbang
"Investasi di setiap tahun politik selalu turun, yang menarik memang di pemilu kita itu selalu didahului oleh unfavorable global event, ini setelah saya lihat data ini menarik," terang Andry dalam acara yang sama.
Misalnya saja pada Pemilu 2009 yang dilakukan di tengah kondisi krisis finansial global. Kemudian pada Pemilu 2014 juga dilakukan setahun setelah adanya taper tantrum (2013) yang membuat nilai rupiah mengalami pelemahan secara drastis.
Selain itu, pada Pemilu 2019 juga dilakukan setelah adanya perang dagang Donald Trump. Dan pada Pemilu 2024 nanti juga diikuti oleh ekspansi kenaikan suku bunga acuan the fed fund rate (FFR).
"Jadi tantangan ke depan adalah bagaimana kita di Provinsi DKI Jakarta membuat iklim investasi supaya bergerak tidak naik turun di setiap tahun politik. Jadi ada sustainable investment," kata Andry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News