kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada konflik, kepala daerah wajib penjelasan


Senin, 28 Januari 2013 / 23:14 WIB
Ada konflik, kepala daerah wajib penjelasan
ILUSTRASI. Pialang memonitor layar perdagangan saham di Jakarta, Senin (6/9/2021). ?KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Kepala daerah kini memiliki kewajiban untuk memberikan penjelasan kepada publik perihal konflik atau kerusuhan komunal yang terjadi. Hal tersebut tercantum dalam Instruksi Presiden (Inpres) No.2 tahun 2013 tentang penanggulangan konflik. 

"Di sini mewajibkan Kepala Daerah memberikan penjelasan kepada publik. Akar masalahnya apa, penjelasan kepada masyarakat bagaimana langkah yang diambil, ketika terjadi kekerasan," kata Menteri koordinator Politik Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Senin (28/1).

Djoko mengkritik lantaran sejauh ini kepala daerah cenderung tidak aktif untuk memberikan penjelasan. Justru yang selalu aktif yakni Kapolres setempat. "Padahal Kepala Daerah yang lebih memahami situasi. Penjelasan ini supaya konflik tidak berkembang," ujarnya. 

Djoko mengungkapkan Inpres ini ditujukan untuk Menkopolhukam, Mendagri, Jaksa Agung, Kapolri, Panglima TNI, Kepala BIN, Kepala BNPT, para Gubernur sesuai peta konflik, bupati dan walikota. Menurutnya terbitnya beleid ini tidak lain untuk meningkatkan efektivitas dalam penanganan konflik. 

"Mengambil langkah cepat, tepat dan tegas untuk hentikan segala bentuk kekerasan sosial termasuk terorisme tetap mengedepankan aspek hukum, serta menjunjung tinggi HAM," jelasnya.

Selanjutnya melakukan pemulihan pasca konflik dan merespons dengan cepat dan diselesaikan dengan damai. Dalam penanganan konflik, Polri dibantu unsur TNI unsur kementerian dan lembaga terkait dan Pemda. 

Seringkali kejadian konflik berada di tempat yang jauh. Aparat harus menyiapkan pos komando di pos pemerintah terdekat. "Di kantor Camat, Kodim, dan sebagainya, sehingga permasalahan di lapangan bisa lebih cepat," ujarnya.

Dalam penanganan konflik, masyarakat dan lembaga terkait diikutsertakan. "Jadi local wisdom, organisasi-organisasi juga harus dilibatkan untuk pasca tindak kekerasan," paparnya.

Dalam waktu dekat, sesuai amanat Inpres tersebut Djoko akan membentuk tim terpadu penanggulangan konflik baik di tingkat pusat mau pun di tingkat daerah. Tingkat pusat berada di bawah koordinasinya sedangkan tingkat daerah berada koordinasi di Kepala Daerah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×