Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, pihaknya mewaspadai kenaikan bunga utang yang disebabkan oleh tingginya volatilitas di pasar keuangan.
Menurut Sri Mulyani, belanja bunga utang adalah belanja yang paling sensitif terhadap volatilitas nilai tukar. Hal ini terjadi seiring naiknya credit default swap (CDS) Indonesia.
"Yield SPN meningkat, ongkos bayar utang jadi tinggi. Suku bunga relatif mahal kita sekarang harus hati-hati," kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Senin (10/9).
Ia melanjutkan, saat ini SPN 3 bulan diperdagangkan di 5,29% per 10 September 2018.
Dengan kondisi yang ada, yield SPN 3 bulan di lelang-lelang berikutnya mungkin ada di 5,4-5,7%.
"Dengan demikian untuk 2019 penurunan yield kita sudah menabung dari rata-rata 6% di 2015, sekarang tinggal rata-rata 4,7% di Agustus. Kami perkirakan angka 4,7% tidak mungkin dipertahankan dan kita lihat ada koreksi meningkat lagi sekarang di angka 5,3%," jelasnya.
Asal tahu saja, kombinasi dari berbagai sentimen membuat persepsi risiko investasi Indonesia meningkat. Hal ini tecermin dari data CDS Indonesia di tenor 5 tahun dan 10 tahun yang sama-sama mengalami tren kenaikan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (6/9) CDS Indonesia tenor 5 tahun berada di level 143,67. Kurang dari sepekan, CDS Indonesia tenor 5 tahun sudah melonjak 16,07%. Bahkan, kemarin posisi CDS Indonesia mencapai 148,48 yang merupakan level tertingginya di tahun ini.
Kenaikan juga terjadi pada CDS Indonesia tenor 10 tahun. Hingga Rabu (5/9), CDS Indonesia tenor 10 tahun berada di level 229,83 atau yang tertinggi di tahun ini. Padahal, akhir Agustus lalu CDS Indonesia tenor 10 tahun masih bertengger di posisi 208,83.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
