kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspadai tekanan daya beli di awal 2017


Selasa, 03 Januari 2017 / 11:44 WIB
Waspadai tekanan daya beli di awal 2017


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Daya beli yang mulai terungkit di akhir tahun 2016 bakal lemas lagi. Sejumlah kebijakan pemerintah di awal tahun 2017 dikhawatirkan akan kembali menggerus daya beli masyarakat. Beberapa diantaranya: pencabutan subsidi listrik untuk golongan pelanggan 900 volt ampere (VA) serta kenaikan tarif cukai rokok rata-rata 10,54%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kenaikan tarif listrik akan menekan daya beli masyarakat. Tapi, efeknya ke konsumsi masyarakat secara keseluruhan masih bisa tertutup dengan inflasi rendah. Alhasil, "Daya beli masyarakat masih cukup solid," ujarnya, Senin (2/1).

Apalagi, pertengahan Februari 2017, ada Pilkada serentak yang bisa memberikan andil dalam mendongkrak konsumsi. Atas dasar itu, Josua memprediksi, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2017 akan ada di kisaran 5%-5,1%.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto berharap pemerintah mewaspadai potensi kenaikan inflasi karena kenaikan tarif dasar listrik bagi pelanggan 900 VA. Kenaikan inflasi bisa menggerus daya beli masyarakat sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi.

Kepala Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan, selain penyesuaian tarif listrik, tekanan terhadap daya beli juga datang dari pengaruh pemangkasan bahan bakar jenis premium dan penambahan kuota BBM jenis Pertalite yang harganya lebih mahal.

Ini bisa berbahaya jika harga minyak dunia terus naik dan kemudian stok Premium menipis. Pengguna Pertalite yang sebagian besar kelas menengah bawah akan merasakan mahalnya harga BBM. "Terutama masyarakat yang masih mengandalkan Premium," katanya.

Lana bilang, potensi kenaikan harga minyak dunia cukup besar seiring kesepakatan pembatasan produksi minyak negara-negara penghasil minyak (OPEC). Kenaikan harga minyak akan berimbas ke energi dan BBM, serta ujung-ujungnya juga berdampak pada kenaikan harga pangan.

Kenaikan harga pangan akibat kenaikan harga minyak biasanya memerlukan waktu enam bulan. "Pemerintah harus menyiapkan ketersediaan bahan pangan mulai sekarang," kata Lana.

Kenaikan cukai rokok nampaknya tak akan berefek signifikan. Apalagi, saat ini mulai terjadi pergeseran pengaruh inflasi dari rokok menjadi konsumsi pulsa. Kenaikan harga jual eceran rokok 12,26% hanya akan mendorong inflasi 0,23% di 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×