kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekanan domestik pada rupiah diperkirakan berakhir Juni


Rabu, 23 Mei 2018 / 09:43 WIB
Tekanan domestik pada rupiah diperkirakan berakhir Juni
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, sejak 1 Mei hingga Selasa (23/5) kemarin, rupiah mengalami depresiasi sebesar 1,94% (month to date/mtd) terhadap dollar AS.

Depresiasi yang dialami rupiah ini lebih baik dibandingkan baht Thailand yang melemah 2,1% (mtd), ringgit Malaysia melemah 1,4% (mtd), rupee India melemah 2,5% (mtd), dan lira Turki melemah 12% (mtd).

Adapun, sejak awal tahun hingga Selasa kemarin, BI mencatat, rupiah secara total mengalami depresiasi terhadap dollar AS sebesar 4,35% (year to date/ytd). Persentase ini lebih rendah dibandingkan rupee India yang melemah 6,7% (ytd), real Brasil yang melemah 12,8% (ytd), dan lira Turki yang melemah 20% (ytd).

Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih memperkirakan, dari domestik, tekanan akan berakhir pada awal Juni. Sebab, diperkirakan pada Mei hingga awal Juni, beberapa pihak masih mengambil posisi beli.

“Dari sisi siklus, pembelian paling banyak akhir Mei dan awal Juni. Kewajiban dividen kan masih ada, tapi karena 11 Juni bank sudah tutup (jelang lebaran), kalau kita jadi yang punya kewajiban, tidak mau diganggu dengan kurs. Oleh karena itu, diselesaikan minggu kedua Mei dan awal Juni. Itu tekanan beli akan di sana,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/5).

Namun, itu hanya dari sisi domestik. Dari sisi eksternalnya, menurut Lana, tekanan masih bisa berlanjut lantaran harga minyak mentah naik terus.

Menurut Lana, di level yang sekarang ini, nilai tukar rupiah cenderung rentan terhadap sentimen negatif. “Jadi sedikit berita jelek saja bisa dorong. Lihat, rupiah dari Rp 13.800 per dollar AS ke Rp 14.200 per dollar AS itu cepat,” ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini sepenuhnya disebabkan oleh faktor eksternal. Dengan demikian, dalam hal ini porsi kenaikan suku bunga 7DRR tidak kurang.

“Tidak (kurang). Kami melihat sekarang ini dengan menaikkan 25 bps, didukung oleh bauran kebijakan yang lain, ini konsisten untuk menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia,” ujar Agus.

Senada, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa porsi kenaikan suku bunga BI tidak terkait dengan melemahnya rupiah. Saat ini, BI terus mempelajari bagaimana perkembangan di pasar.

“Kalau itu sebabkan instabilitas terus berlanjut, kami bisa lakukan upaya langkah-langkah yang lebih kuat,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×