kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tahun 2019-2022, rasio utang diantisipasi capai 31% dari PDB


Selasa, 21 Agustus 2018 / 17:09 WIB
Tahun 2019-2022, rasio utang diantisipasi capai 31% dari PDB
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) selama periode 2019 - 2022 diperkirakan berada di kisaran 29,5% - 31% dari PDB, dengan potensi pergerakan sampai +5% untuk mengakomodasi shock.

Rasio utang terhadap PDB ada kemungkinan meningkat melebihi 30,0% yang menjadi komitmen pemerintah ini disebabkan oleh tekanan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Adapun untuk mengakomodasi risiko utang pemerintah pusat pada tahun depan, pemerintah mengantisipasi depresiasi nilai tukar rupiah hingga 35% dari nilai tukar rata-rata tahun 2018.

Berdasarkan nota keuangan RAPBN 2019, hal ini mempertimbangkan kondisi perekonomian di tahun 2018 yang cukup volatil dan berpotensi mengulang krisis tahun 2008-2009. Selain nilai tukar, kenaikan imbal hasil juga diantisipasi hingga maksimum 109,0% dari imbal hasil rata-rata di tahun 2018.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Askolani mengatakan, estimasi shock tersebut hanyalah stress test yang dipakai pemerintah untuk menguji sampai berapa rasio utang akan terdampak dengan kondisi terburuk.

“Ini hanya test, test itu mau sampai 100% juga kami bisa pakai. Artinya, kalau kami ada kondisi terburuk, itu kami siap,” kata Askolani di Gedung Kemkeu, Senin (20/8).

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, kecil sekali kemungkinannya nilai tukar rupiah bisa terdepresiasi 35%. Sebab, depresiasi yang saat ini terjadi saja hanya 7% sejak awal tahun 2018.

Dalam jangka menengah pun, setidaknya hingga 2022, ia melihat, PDB akan tumbuh sekitar 6% atau lebih dengan inflasi yang stabil dan rendah. Adapun CAD Indonesia dalam jangka menengah akan rendah.

Dengan perkembangan yang positif tersebut, Dody bilang, diharapkan inflow khususnya dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) akan besar dan mendorong rupiah menguat dan stabil.

“Jangka menengah kondisi global juga relatif lebih stabil dengan growth yang membaik, volatilitas pasar keuangan yg lebih stabil di tingkat resiko yang rendah,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×