kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Melemah, BUMN Diminta Mitigasi Lagi Utangnya


Minggu, 28 April 2024 / 13:23 WIB
Rupiah Melemah, BUMN Diminta Mitigasi Lagi Utangnya
ILUSTRASI. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta untuk mengkaji utang dan melakukan uji stres menghadapi pelemahan rupiah saat ini.


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Belakangan ini situasi global tampak semakin volatile alias tidak stabil akibat beberapa faktor. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pun diminta untuk mengkaji utang dan melakukan uji stres dari kondisi saat ini.

Adapun faktor global tersebut di antaranya mata uang di emerging market termasuk Indonesia mengalami pelemahan atau depresiasi.

Selain itu, perang Russia-Ukraina yang berkepanjangan dan disusul konflik Iran-Israel sungguh mengguncang dunia. Dampaknya sejak akhir minggu lalu bahkan nilai tukar dolar AS sudah di atas Rp 16.000.

BUMN sebagai salah satu pelaku ekonomi dominan di Indonesia tentu juga terpengaruh, terutama pada sektor yang memiliki interaksi global secara kuat. Seperti Pertamina Group, atau BUMN karya yang memiliki proyek konstruksi dan infrastruktur baik di dalam negeri maupun luar negeri.

Pengamat BUMN Herry Gunawan mengatakan, untuk menghadapi situasi seperti itu BUMN semestinya telah melakukan perlindungan nilai atau hedging agak tak terdampak.

“Kalau ada BUMN yang belum hedging utangnya yang dalam denominasi dolar, menurut saya ya konyol. Apalagi utang yang jangka menengah dan panjang,” ujarnya kepada KONTAN, Minggu (28/4).

Baca Juga: Erick Thohir Ingatkan BUMN Antisipasi Dampak Ekonomi dan Geopolitik Global

Herry tak menampik, belanja modal yang dilakukan BUMN bakal menjadi yang paling terdampak dari melemahnya rupiah. Pasalnya belanja ini banyak mengandalkan impor.

Menurutnya, Pertamina diminta untuk waspada terhadap kondisi ini sebab belanja bahan baku minyak mentah atau Liquid Petroleum Gas (LPG) menggunakan mata uang dolar. Alhasil, anggaran pemerintah bakal tergerus karena harus membayar dana kompensasi.

“Kondisi melemahnya rupiah ini harus jadi pelajaran serius bagi BUMN yang secara rutin harus belanja dengan dolar. Bukan hanya soal utang, yang kemungkinannya sudah ada hedging,” tandasnya.

Sementara itu, Pengamat BUMN Toto Pranoto menilai, dibutuhkan strategi yang tepat bagi Pertamina demi memitigasi situasi ini. Apalagi Indonesia saat ini masih net importir minyak.

“Dibutuhkan strategi yang tepat bagaimana Pertamina memitigasi situasi ini , baik dengan implementasi strategi keuangan yang tepat (natural hedging, kontrak forward) maupun perubahan kebijakan pemerintah terkait penetapan harga BBM,” terangnya.

Toto mengungkapkan terdapat beberapa langkah antisipasi dalam menghadapi krisis ekonomi ke depannya. Misalnya, BUMN perlu meningkatkan efisiensi operasional untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas.

Di samping itu, lanjut dia, perusahaan negara perlu melakukan diversifikasi sumber pendanaan untuk mengurangi ketergantungan pada pendanaan dalam mata uang asing.

“Langkah strategis lainnya, BUMN perlu melakukan langkah disiplin dalam melakukan hedging. BUMN dapat melakukan hedging untuk melindungi diri dari risiko fluktuasi nilai tukar rupiah,” imbuhnya.

Baca Juga: Menko Airlangga: Tidak Bijaksana Belanja Dolar Saat Harga Tinggi

Lebih lanjut, Toto menambahkan, depresiasi rupiah juga berdampak positif dalam peningkatan daya saing ekspor, terutama pada BUMN yang berorientasi pasar ekspor.

“BUMN perlu meningkatkan ekspor produk dan jasa mereka untuk memanfaatkan keuntungan dari depresiasi rupiah,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×