kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan Rupiah Pengaruhi Tambahan Beban Pembiayaan Utang Pemerintah


Kamis, 18 April 2024 / 19:51 WIB
Pelemahan Rupiah Pengaruhi Tambahan Beban Pembiayaan Utang Pemerintah
ILUSTRASI. pelemahan rupiah memengaruhi tambahan beban pembiayaan utang negara dari dua sisi


Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai memberi tambahan tekanan tambahan bagi pembiayaan utang pemerintah. Dalam sepekan belakangan ini, nilai tukar rupiah sudah melemah dan tembus ke atas level Rp 16.000 per dolar AS.

Kamis (18/4), rupiah spot ditutup menguat 0,25% ke Rp 16.179 per dolar AS. Penguatan ini mengakhir koreksi rupiah yang terjadi selama dua hari berturut-turut. Bahkan, rupiah sudah melemah hampir 5% sepanjang tahun ini.  

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, dampak pelemahan rupiah memengaruhi tambahan beban pembiayaan utang negara dari dua sisi.

Pertama, sebagian pendapatan negara berbentuk rupiah, sementara harus membayar sebagian bunga dan pokok utang dalam bentuk valuta asing (valas). Semakin lemah rupiah maka akan terjadi missmatch dalam pembayaran kewajiban utang dan ini berisiko memperlebar defisit anggaran.

Baca Juga: Rupiah Terus Melemah, Beban Bunga Utang ke Depan Bakal Bertambah

Kedua, pelemahan rupiah akan direspons dengan naiknya suku bunga utang agar investor tetap tertarik membeli Surat Berharga Negara (SBN). 

"Bunga yang terlalu mahal menyebabkan konsekuensi ruang fiskal yang menyempit hingga crowding out effect ke sektor riil. Investor dan deposan akan lebih tertarik membeli SBN misalnya dibandingkan berinvestasi ke instrumen bank dan mengganggu penyaluran kredit ke dunia usaha," kata Bhima kepada Kontan, Kamis (18/4).

Bhima menerangkan, ada tiga langkah antisipatif yang bisa dilakukan pemerintah. Pertama, melakukan renegosiasi utang luar negeri melalui berbagai cara seperti debt swap for nature hingga debt swap for coal retirement atau menukar utang dengan program mitigasi perubahan iklim. 

Kedua, porsi pinjaman berbentuk SBN valas harus dikurangi dan lebih memperbesar pinjaman bilateral dan multilateral dengan bunga yang lebih rendah.

"Ketiga, mendorong peningkatan kinerja ekspor manufaktur untuk menjaga debt to service agar tetap sehat," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×