kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,41   5,06   0.54%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permasalahan kompleks air minum di DKI Jakarta


Rabu, 20 Maret 2013 / 20:17 WIB
Permasalahan kompleks air minum di DKI Jakarta
ILUSTRASI. A projection of cyber code on a hooded man is pictured in this illustration picture taken on May 13, 2017. . REUTERS/Kacper Pempel/Illustration TPX IMAGES OF THE DAY


Reporter: Fahriyadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) berencana membantu Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menambah 4.000 sambungan pipa air minum kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Sambungan pipa itu dianggap penting karena dapat menekan konsumsi air tanah secara berlebihan di Jakarta.

Kepala Badan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BP SPAM) Rachmat Karnadi menyatakan, rencana itu sudah diusulkan Menteri PU Djoko Kirmanto kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.

Berdasarkan perhitungan BP SPAM, penyediaan satu sambungan pipa itu akan menelan biaya Rp 2 juta untuk satu sambungan.

"Sudah diusulkan oleh Menteri PU kepada Jokowi. Tetapi masih ditinjau lagi karena harus bekerjasama dengan operator penyedia air minum untuk masyarakat," ujarnya, Rabu (20/3).

Ia menjelaskan, bantuan Kemen PU itu akan dilakukan bertahap mulai dengan 2.000 sambungan air pada tahap pertama dan akan dilanjutkan sisanya pada tahapan berikut.

Rachmat menambahkan, ada masalah lain terkait sambungan pipa air minum ini. Yaitu, operator air minum di Jakarta sepertinya lebih menyasar pelanggan dari industri karena memiliki tarif yang tinggi untuk setiap meter kubik air yang tersedia.

Di Jakarta sendiri terdapat lima jenis tarif untuk satu meter kubik air. Mulai dari yang paling rendah sebesar Rp 1.000 hingga yang paling tinggi yakni Rp 12.000.
 
"Mereka (Operator) lebih ingin memperbesar sambungan untuk industri dengan nilai Rp 12.000 per meter kubik," kata Rachmat.

Dia juga menjelaskan secara gamblang, permasalahan air minum di Jakarta sudah sangat kompleks dan perlu dibenahi secepat mungkin. Misalnya saja, mulai dari perjanjian kerjasama yang tidak baik, hingga angka kebocoran air di Jakarta yang mendekati 50% namun tidak ada perbaikan.

"Biaya untuk mengatasi kebocoran sangat besar tetapi sanksi yang diberikan jika tidak ditangani sangat kecil, sehingga tidak berimbang. Ini perlu diperbaiki, seharusnya sanksi yang diberikan dua kali dari nilai perbaikan," kritiknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×