kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah optimistis target eliminasi TBC di Indonesia pada 2030 tercapai


Rabu, 24 Maret 2021 / 22:04 WIB
Pemerintah optimistis target eliminasi TBC di Indonesia pada 2030 tercapai
ILUSTRASI. Petugas medis memeriksa kesehatan warga saat Gerakan Ketuk Pintu Seribu Rumah Warga di Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/3).Pemerintah optimistis target eliminasi TBC di Indonesia pada 2030 tercapai.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indonesia masuk dalam tiga negara dengan beban tuberkulosis (TBC) terbesar di dunia berdasarkan laporan global TBC tahun 2020. Berkaca pada data tersebut, maka Indonesia memerlukan upaya penanganan yang komprehensif untuk dapat mencapai eliminasi tuberkolosis sesuai dengan target yang diharapkan yaitu 2030.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menuturkan, dilihat dari kajian yang dilakukan pada 2017 mengenai analisis perjalanan pasien tuberkulosis maka, diketahui ada 24% dari orang dengan gejala tuberkulosis yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa hanya ada 24% orang yang mengenali gejala sakit tuberkulosis yang kemudian mendatangi fasilitas kesehatan untuk memeriksakan.

"Artinya kalau kita melihat ini merupakan usaha yang harus kita lakukan untuk bisa dan memastikan bahwa pasien tuberkulosis itu bisa mendapatkan akses pengobatan dan tentunya menyelesaikan pengobatannya," kata Nadia dalam Webinar 'Bersama Eliminasi TBC dan lawan Covid-19' pada Rabu (24/3).

Baca Juga: Biar bisa mendapat perawatan yang tepat, kenali gejala TBC berikut

Dari hasil kajian yang sama juga, Nadia menambahkan bahwa, 74% orang akan mencari pengobatan di fasilitas Kesehatan swasta baik itu pemberi pelayanan kesehatan formal maupun informal. Sementara itu, kapasitas diagnostik TB di fasilitas kesehatan sektor swasta formal masih sangat terbatas.

Kemudian pada 2020 dilaporkan kurang lebih hanya 350.000 kasus tuberkulosis. Angka temuan tersebut turun dibandingkan situasi di tahun 2019 dimana ditemukan 560.000 kasus tuberkulosis.

"Padahal kita punya PR bahwa 840.000 kasus tuberkulosis terjadi tiap tahunnya di Indonesia. Ini catatan kita bahwa untuk menemukan kasus tuberkulosis kita harus lebih banyak melakukan penemuan secara aktif," ujarnya.

Dimana pada masa pandemi Covid-19 kegiatan yang sifatnya aktif harus dilakukan dengan memenuhi beberapa ketentuan untuk protokol kesehatan. Selain itu, menurunnya angka temuan tuberkulosis pada masa pandemi lantaran masih ada rasa takut masyarakat mengunjungi faskes.

Baca Juga: Ketahui gejala TBC ini, biar bisa mendapat perawatan yang tepat

"Kita tahu bahwa hanya 24% orang yang akan mengakses layanan kesehatan untuk tuberkulosis, ditambah dengan situasi pandemi angka ini akan semakin menurun dikarenakan masih ada rasa takut untuk datang ke rumah sakit atau puskesmas dikarenakan situasi Covid-19," imbuhnya.

Guna kembali dalam jalur untuk eliminasi tuberkulosis di Indonesia, Nadia menekankan penting adanya komitmen bersama untuk membuat jejaring bersama untuk mencapai target eliminasi tuberkulosis pada tahun 2030.

"Hari ini tepat dengan peringatan hari tuberkulosis sedunia maka Kementerian Kesehatan bersama dengan USAID Indonesia akan mengadakan bincang-bincang secara daring dengan tema tingkatkan sinergi untuk wujudkan Indonesia eliminasi tuberkulosis tahun 2030," kata Nadia.

Selanjutnya: ​9 Syarat penerima vaksin untuk vaksinasi Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×