kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah akan berdiskusi dengan perwakilan perdagangan AS terkait GSP


Rabu, 11 Juli 2018 / 14:00 WIB
Pemerintah akan berdiskusi dengan perwakilan perdagangan AS terkait GSP
ILUSTRASI. Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Patricius Dewo | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan berdiskusi terkait pengenaan tarif generalized system of preferences (GSP) terhadap 124 barang produk ekspor Indonesia dengan perwakilan perdagangan Amerika Serikat (AS) atau US Trade Representative (USTR).

"Jadi selama ini kami sudah komunikasi dengan USTR dan duta besar kita disana juga sudah melakukan komunikasi yang cukup intensif. Hasil dari itu USTR mengundang kami untuk duduk bersama membahas mengenai fasilitas GSP yang diberikan kepada kita," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Rabu (11/7).

Enggar menambahkan, pemerintah akan berdiskusi dengan kementerian dan lembaga terkait yang akan dilakukan di Amerika Serikat (AS) soal GSP.

Selain fasilitas GPS tersebut pihaknya juga akan berusaha mendapatkan fasilitas lain yang mampu diberikan oleh AS. "Ada tiga negara yang diminta untuk direview. Nah ini yang kita persiapkan bahannya dari kementerian dan lembaga terkait, kita akan bicara dengan USTR agar fasilitas GSP itu tetap kita dapatkan, tapi kita harus hitung apa yang kita bisa dapatkan selain fasilitas GSP itu sendiri," kata dia.

Adapun beberapa barang yang akan dikenakan tarif khusus atau GSP tersebut diantaranya adalah, tekstil, foodware, minyak sawit, nabati, mesin, dan karet. Selanjutnya ia juga menambahkan bahwa ada 3.547 tariff line yang akan direview oleh AS. Oleh karena itu ia berharap bahwa tariff line tersebut tidak dicabut oleh AS karena akan memberikan dampak negatif pada ekspor Indonesia.

"Nah 3.547 tariff line itu bisa dicabut semuanya sama mereka, yang paling banyak masuk ke Amerika itu adalah tekstil, foodware, minyak sawit dan nabati, kemudian mesin, termasuk juga karet. Dampaknya negatiflah yang pasti kalau tariff line GSP itu dicabut, karena kalau GSP hilang kan biayanya akan makin tinggi," kata Enggar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×