kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.471   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.155   0,80   0,07%
  • LQ45 915   1,71   0,19%
  • ISSI 226   -0,58   -0,26%
  • IDX30 472   1,50   0,32%
  • IDXHIDIV20 570   2,43   0,43%
  • IDX80 132   0,27   0,20%
  • IDXV30 140   1,10   0,79%
  • IDXQ30 158   0,52   0,33%

Evaluasi 124 barang ekspor Indonesia ke AS untuk GSP tak terkait perang dagang


Selasa, 10 Juli 2018 / 14:50 WIB
Evaluasi 124 barang ekspor Indonesia ke AS untuk GSP tak terkait perang dagang
ILUSTRASI. Pelabuhan Oakland, California


Reporter: Patricius Dewo, Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Evaluasi Generalized System of Preference (GSP)  yang tengah dilakukan Pemerintah Amerika Serikat terhadap kurang lebih 124 barang ekspor Indonesia dinilai tidak ada pengaruhnya dari perang dagang. 

Shinta Widjaja, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengatakan, evaluasi GSP yang dilakukan AS adalah hal yang biasa karena  dilakukan setiap tahun nya secara berkala, tergantung bagimana perkembangan barang ekspor yang ada di Indonesia.

GSP merupakan kebijakan AS yang membebaskan tarif bea masuk terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. GSP menjadi tumpuan Indonesia untuk menjalin hubungan dagang dengan AS. Sebab dengan GSP ini, maka barang-barang impor dari Indonesia bisa lebih murah. Evaluasi 124 jenis barang ini termasuk produk kayu plywood dan kapas.

Shinta mengatakan, akan dua kategori evaluasi, yaitu dari segi eligibilitas Indonesia sebagai penerima GSP, serta produk apa saja yang masih layak menerima manfaat tarif murah ini.

Dia juga menyebut, evaluasi ini tak berdampak besar. Pada periode Januari - April 2018 kemarin baru ada sembilan barang yang dikenakan GSP antara lain adalah makanan hewan, alumunium alloy, plywood. "Secara menyeluruh, GSP ini hanya berpengaruh sebesar US$ 1,8 miliar dibandingkan ekspor kita. Jadi ini bukan sesuatu yang besar sekali tapi memang penting," kata Shinta

Dia berharap, pemerintah Indonesia lebih aktif untuk meningkatkan lobi kerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat.

Pemerintah juga tak melihat hubungan evaluasi GSP dengan perang dagang. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, sejatinya saat ini AS sedang mengevaluasi semua negara yang memiliki GSP. 

"Tapi Indonesia jadi salah satu negara yang dilakukan evaluasi tahun ini," kata dia.

Berdasarkan data ekspor impor Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 25 Juni 2018, tertera AS sebagai satu dari tiga pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Ekspor nonmigas ke AS dari Januari sampai Mei 2018 tercatat 10,91% dari total ekspor atau setara dengan US$ 7,43 miliar.

Jumlah ekspor nonmigas ke AS mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Nilai ekspor nonmigas ke AS pada Januari hingga Mei 2017 tercatat hanya sebesar US$ 7,17 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×