kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pabrik Wirajaya baru laku Rp 185 miliar


Rabu, 15 Februari 2017 / 10:20 WIB
Pabrik Wirajaya baru laku Rp 185 miliar


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Proses pailit PT Wirajaya Packindo masih terus berjalan. Terakhir, kurator  sudah melelang sejumlah aset Wirajaya. Salah satu aset yang sudah laku dijual adalah pabrik yang berlokasi di Purwakarta, Jawa Barat.

Muhamad Ismak, salah satu kurator Wirajaya Packindo mengatakan, pabrik pulp and paper di Purwakarta tersebut berhasil dilelang dan terjual dengan nilai Rp 185 miliar. "Penjualannya itu terdiri dari pabrik dan segala isinya," ujarnya, Selasa (14/2).

Kendati telah ada uang masuk dari penjualan aset, namun tim kurator belum bisa memberikan kepada para kreditur pemilik tagihan. Sebab masih ada perdebatan terkait tagihan para eks karyawan.

Jumlah tagihan eks karyawan yang masuk itu berbeda-beda. Sedangkan, pembagian pembayaran dilakukan berdasarkan persentase tagihan. Apalagi, eks karyawan merupakan kreditur preferen yang pembayarannya harus didahulukan dibanding kreditur lainnya.

Menurut Ismak, sembari menunggu penyelesaian tagihan eks karyawan, pihaknya akan terus menjual aset lainnya, yakni pabrik Wirajaya yang berada di Tangerang, Banten. "Terakhir, kami lelang Rp 600 miliar belum laku juga, padahal harga itu sudah diturunkan dari harga awal senilai Rp 1,2 triliun," katanya.

Tim kurator juga menemukan boedel pailit lainnya, yakni sebuah pabrik yang juga berlokasi di Tangerang, Banten. Nilai taksiran aset ini  sekitar Rp 75 miliar.

Wirajaya Packindo ditetapkan pailit pada 13 Januari 2016. Perusahaan tersebut tercatat memiliki total utang Rp 1,27 triliun. Tagihan itu berasal enam kreditur separatis senilai Rp 1,1 triliun dan dan 22 kreditur konkuren senilai Rp 173,34 miliar.

Adapun kreditur separatis adalah Bank Mandiri , Mandiri Syariah, Bank ICBC, OCBC NISP, Caterpillar Finance, dan Deg Deutsche Investitions. Tagihan terbanyak berasal dari Bank Mandiri dengan nilai Rp 544 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×