kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca perdagangan defisit, Sri Mulyani soroti pertumbuhan ekspor


Selasa, 15 Mei 2018 / 19:54 WIB
Neraca perdagangan defisit, Sri Mulyani soroti pertumbuhan ekspor
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di BPK


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan April 2018 kembali defisit sebesar US$ 1,63 miliar, setelah sempat surplus pada bulan sebelumnya.

Defisit itu disebabkan oleh nilai ekspor yang tercatat sebesar US$ 14,47 miliar. Sementara nilai impor tercatat lebih tinggi sebesar US$ 16,09 miliar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dari sisi ekspor, meski turun secara bulanan, pertumbuhannya masih sehat. BPS mencatat, ekspor tumbuh sebesar 9,01% yoy pada April 2018. Sementara secara bulanan turun 7,19%.

“Ekspor yang pertumbuhannya yoy di atas 9% itu masih menujukan suatu tren yang masih sangat sehat. Karena selama ini kita berharap pertumbuhan dari ekspor masih bisa dipacu lebih banyak,” ujarnya di Jakarta, Selasa (15/5).

“Tentunya akan jauh lebih bagus apabila ada diversifikasi dari komoditas maupun daerah tujuan,” lanjutnya.

Di sisi impor, Sri Mulyani mengatakan bahwa kenaikannya memang sangat tinggi, yakni naik 11,28% secara bulanan dan 34,6% secara tahunan. Namun, impor yang didominasi bahan baku dan barang modal ini, menuru dia merupakan momentum yang baik karena menggambarkan bahwa kebutuhan industri dan kebutuhan dari aktivitas ekonomi dalam negeri meningkat besar.

“Artinya positif. Interpretasinya adalah ini menujukan sektor produksi sedang bergerak dan confirm dengan orang impor bahan baku dan barang modal,” ucapnya.

Namun, untuk komoditas konsumsi yang juga tumbuhnya cukup tinggi ia berharap ini sifatnya hanya musiman karena hanya mendekati lebaran dan puasa, “Dan berbagai event internasional di dalam negeri yang kemudian menimbulkan perminraan konsumsi barang impor,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×