kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lonjakan harga barang makin liar


Selasa, 30 Juni 2015 / 10:02 WIB
Lonjakan harga barang makin liar


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Duh, harga bahan pokok makin tak terkendali. Di tengah perayaan Ramadan dan menjelang Lebaran, daging sapi, daging ayam, dan telur masih saja tinggi.

Berbagai jurus yang dibuat pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla, dan Bank Indonesia belum mampu meredam lonjakan  harga barang. Tak pelak, sejumlah ekonom memperkirakan, inflasi Juni bakal melejit ke posisi 0,69%, sementara inflasi tahunan atau year on year bisa menembus 7,42%.

Sebagai perbandingan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada Mei tahun ini mencapai 0,5% dan setahun terakhir sampai Mei sebesar 7,15%. Sejak memasuki 2015, tren lonjakan harga barang nyaris tanpa putus terjadi saban bulan.

Kepala Ekonom BII Juniman memperkirakan, tren lonjakan harga barang bakal berlanjut pada Juli 2015. Boleh dibilang, Juli akan menjadi puncak lonjakan harga barang, tersokong oleh dua faktor sekaligus, yakni Lebaran dan tahun ajaran baru. Sudah tradisi, dua momen itu adalah  penyulut kenaikan harga.  Prediksi Juniman, inflasi Juli bisa mencapai 0,98% dan secara tahunan sekitar 7,48%.

Nah, secara umum, berbagai strategi pemerintah meredam inflasi masih payah akibat tak mampu menumpas akar persoalan utama inflasi. Pemerintah memang merilis Peraturan Presiden (Perpres) No 71/2015 tentang  Penetapan dan Penyimpanan Harga kebutuhan Pokok dan Barang Penting. Namun Perpres tersebut belum efektif dan baru keluar saat puasa setelah gejolak harga makin liar. Seharusnya, sebelum puasa sehingga pemerintah lebih dini untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan pokok.

Selain itu, Perpres tersebut belum memiliki peraturan operasional berupa Peraturan Menteri Perdagangan. Perpres tersebut diperkirakan baru efektif tahun depan.

 Sudah begitu, perpres tersebut tak meredam dua biang keladi pendorong utama kenaikan harga. Pertama, yakni seretnya pasokan pangan. Saat ini pemerintah menutup keran impor, sementara stok di dalam negeri belum bisa menggantikan pasokan impor.

Persoalan menjadi pelik saat menjelang Lebaran sekarang. "Demand makin tinggi," kata Eko Listianto, Ekonom Indef, kemarin (lihat analisis).

Yang kedua, faktor imflasi akibat pelemahan rupiah. Sejak awal tahun sampai Senin (29/6), rupiah anjlok 7,3% menjadi Rp 13.356 per dollar AS. Jatuhnya rupiah berandil mengerek harga barang.

Tapi Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) melihat, sejak pekan ketiga Juni ini pemerintah mengintervensi pasar untuk menekan kenaikan harga. "Inflasi di bulan puasa biasanya mendekati 1%. Juni ini akan sulit terjadi," ujarnya.

Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara juga memastikan bahwa pemerintah terus memastikan ketersediaan bahan pangan menjelang Lebaran. Dia yakin, inflasi akan segera turun, dan normal lagi pada November  2015.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×