kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketidakpastian penanganan pandemi tinggi, seperti apa dampaknya pada ekonomi global?


Rabu, 28 April 2021 / 21:48 WIB
Ketidakpastian penanganan pandemi tinggi, seperti apa dampaknya pada ekonomi global?
ILUSTRASI. Ketidakpastian penanganan pandemi tinggi, seperti apa dampaknya pada ekonomi global?


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Asian Development Outlook (ADO) 2021 memprediksi pertumbuhan ekonomi setiap negara tidak akan merata akibat dampak pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari tingginya ketidakpastian penanganan pandemi kendati sudah ada vaksin.

Chief Economist Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean sependapat dengan proyeksinya ADO 2021 tersebut. Namun ia menambahkan, dampak pandemi tidak saja menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang tidak merata, tapi juga berpotensi terjadi divergen antara negara berkembang dengan negara maju, bahkan antar kawasan Asia-Pasifik.

"Jadi menurut saya akan menimbulkan ketergantungan geopolitik yang baru antar negara," kata Adrian saat Webinar ADO 2021 pada Rabu (28/4).

Terkait proyeksinya pertumbuhan ekonomi Indonesia dari ADO 2021, Adrian tidak yakin mengenai potensi royeksi pertumbuhan produktivitas yang jadi asumsi kunci dibalik prediksi ADO 2021 yang memproyeksikan perekonomian Indonesia akan naik menjadi 4,5% di tahun ini dan 5% di tahun 2022.

Baca Juga: Industri modal ventura akan gencar berinvestasi pada tahun ini

"Saya merasa forcast ADB untuk Indonesia itu sangat optimistik, alih-alih kalau kita kembali ke pertengahan Januari 2021 saya ingat forcast pertumbuhan kuartal pertama Indonesia itu adalah 0,8% year-on-year. Kita lihat akan ada rebound. Minggu lalu tim Saya melepaskan update kuarter dan men-down grade forcast kuartal pertama jadi 0,2% year-on-year dan revisi menurun yang sangat signifikan," jelasnya.

Ia melanjutkan, setelah menerima serangkaian data baru berdasarkan observasi ada akar rumput dan data-data nontradisional, minggu lalu pihaknya mengumumkan proyeksi pertumbuhan PDB kuartal pertama akan sekitar minus 0,6% atau minus 0,5% year-on-year.

"Bila kuartal kedua itu hanya pertumbuhan 0,6%, itu akan membuat pertumbuhan 2021 menjadi revisi diturunkan lagi. Sebelumnya [proyeksi] 3,8%, tapi saya rasa karena hasil kuartal pertama dan proyeksi kuartal kedua, Saya rasa pertumbuhan Indonesia 2021 akan kurang dari 3,6%," ungkapnya.

Terkait tantangan kebijakan kedepannya bagi Indonesia diantaranya, program vaksinasi. Dimana saat ini diketahui bahwa laju mutasi virus itu lebih cepat daripada kemampuan memproduksi vaksin. Selain itu durabilitas dari vaksin Covid-19 yang ada saat ini maksimal 2 tahun. Tantang berikutnya ialah terkait IT dan produktivitas.

Baca Juga: Merger Bank Syariah Indonesia akan mengubah peta aset bank BUMN?

"Baru-baru ini saya mengunjungi pertanian di luar Jawa yang berencana untuk memanfaatkan teknologi smart farming seperti di Belanda, saya pikir idenya tidak akan terlaksana di tahun 2023 karena pada saat saya tiba di sana bahkan sangat sulit untuk menemukan jaringan sinyal. Maka mereka harus bangun infrastruktur dulu, jadi dibutuhkan satu sampai dua tahun akses bisa didapatkan," ungkapnya.

Kemudian yantangan ketiga adalah terkait kebijakan dan regulasi. Kekhawatiran terbesar pihaknya adalah defisit di neraca keuangan.

"Selain karena hutang yang semakin tinggi, kurangnya pendapatan pajak dan meningkatnya komponen hutang di anggaran, pasar-pasar finansial sedang mengamati bagaimana tantangan eksternal seperti itu akan dihadapi kedepannya," ujarnya.

Selanjutnya: Aktivitas ekonomi membaik, prospek emiten perbankan dinilai makin menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×