kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini pengakuan mantan petinggi Koperasi Langit Biru


Kamis, 07 Juni 2012 / 13:51 WIB
Ini pengakuan mantan petinggi Koperasi Langit Biru
ILUSTRASI. Direktur utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi memperlihatkan aplikasi Livin? by Mandiri di Jakarta, Senin (8/3). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/03/2021.


Reporter: Yuwono Triatmodjo, Teddy Gumilar | Editor: Edy Can

JAKARTA. Kasus Koperasi Langit Biru (KLB) pertama kali diulas oleh Mingguan Bisnis dan Investsi KONTAN sejak akhir Januari 2012, tepatnya di edisi No 35-XVI, 30 Januari-5 Februari 2012. Penelusuran terhadap pihak-pihak yang terkait dengan KLB beserta jejaring bisnisnya, telah kami ulas dalam beberapa edisi berikutnya.

Kali ini, KONTAN menyajikan petikan wawancara dengan Patriot Ahmad Yani, salah seorang tangan kanan pemimpin KLB, Jaya Komara, yang turut menjadi saksi sejarah perkembangan KLB. Patriot memanggil Jaya Komara dengan sebutan ustadz. Dia mengaku mengundurkan diri dari KLB sejak November 2011.

Namun, rumor yang sampai ke investor menyebutkan, Patriot dipecat karena manajemen KLB menudingnya telah menggelapkan dana sekitar Rp 40 miliar. Berikut penuturan Patriot kepada KONTAN, di kediamannya pada Rabu (8/2) lalu.

KONTAN (K): Bagaimana awalnya Anda mengenal dan masuk ke KLB?
Patriot Ahmad Yani (PAY): Dari tahun 2001, saya menggeluti bisnis CNI (multi level marketing) sampai tahun 2007. Saya sempat dapat pendidikan masalah enterprenuer di Mega Mendung, walau pun dari sisi materi saya belum dapat apa-apa. Saya mendengar informasi Transindo Jaya Komara (TJK) ( cikal bakal KLB-red) karena kebetulan jaraknya hanya lima menit dari rumah.

Saya bergabung November 2010 padahal masih bekerja Gemilang Sukses Garmindo (GSG). Ceritanya, pada malam puasa, adik yang pelaut sedang diurut oleh tukang ojek sepeda. Tukang ojek itu ternyata pintar meramal. Setelah melihat telapak tangan saya, dia bilang habis Lebaran akan diajak orang dari Balaraja berbisnis. Padahal saya tidak bilang rumah di Balaraja.

Setelah dua bulan di TJK, diadakanlah musyawarah anggota pertama. Sekitar Januari 2011. Saya ditunjuk sebagai wakil ustadz. Waktu itu ustadz bilang terserah kamu minta posisi apa.

Saat itu karyawan masih empat orang. Direktur keuangan dipegang Marissa, anak Ustadz. Komisarisnya adalah suami Marissa. Ada juga operator dan kasir.

Saya diminta untuk menemani beliau , mendampingi jika ada yang mau dapat informasi tentang mekanisme investasi ini. Saya membenahi, bikin struktur organisasi kecil-kecilan semampunya. Alhamdulillah berkembang.

TJK sudah ada sebelum KLB. Saat saya bergabung, baru ada sekitar 200 investor paket daging buatan Jaya Komara. Yang ikut paket besar senilai lebih dari Rp 10 juta masih bisa dihitung dengan jari. Yang ikut ibu-ibu, masyarakat sekitar saja. Saya waktu itu ikut paket 5 kg, setara dengan Rp 350.000.

(K) : Kapan TJK terbentuk?
(PAY) : Saya masuk TJK sudah berbentuk PT (Perseroan Terbatas). Kapannya saya lupa. Saya sempat melihat copy SIUP, NPWP-nya. Di Notaris, TJK masuk jasa umum terkait transportasi, pembangunan dan properti.

(KLB sendiri berdiri atas dasar Akta Notaris Winda Wirata No.24 Tanggal 9 April 2011. Izin koperasi dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Propinsi Banten, tanggal 20 Juli 2011 No. 81/BH/XI/KUMKM/VII/2011)

(K) : Sejauhmana Anda mengenal Jaya Komara?
(PAY) : Saya tahu mulai 2010, sebelumnya tidak kenal sama sekali. Beliau memang sudah dipanggil ustadz. Yang saya kenal, beliau itu orangnya santun. Dulu ada coffee morning kami dikasih thausiyah, waktu awal-awal satu dua bulan saya masuk. Tetapi beliau sekarang sibuk membuka usaha. Beliau juga berdakwah. Yang saya tahu setahun dua kali dia berkeliling daerah. Setahun dua kali dia juga keluar negeri seperti Bangladesh, Pakistan, dan India.

(K) : Jaya Komara asalnya dari mana?
(PAY) : Garut. Dia di sini kalau tidak salah sejak tahun 1998.

(K) : Sebenarnya siapa yang membuat skema investasi ini semua?
(PAY) : Jaya Komara

(K) : Apakah latar belakang pendidikannya mendukung?
(PAY) : Pak ustadz itu lulusan pesantren. Yang pernah saya dengar dari beliau, dia pernah di Palembang, dibesarkan oleh seorang habib. Dia juga pernah ikul MLM bernama UFO. Itu yang pernah dia ceritakan ke saya

(K) : Dalam tawarannya, KLB mengaku berbisnis daging. Apakah memang bisnis itu ada?
(PAY) : Ada. Saya sendiri pernah mengorder ke CV Tri Tunggal milik H. Tholib. Kantor pusatnya di daerah Tanjung Duren, belakang Citra Land, Jakarta Barat, dan gudangnya di Curug, Tangerang. KLB menyetorkan modal ke CV untuk usaha daging dan mereka yang akan mendistribusikannya. Ada yang buat investor KLB dan dijual ke pihak lain.

KLB tidak memperdagangkan daging, karena masalah distribusi itu urusan CV. KLB hanya menyetor modal. Sebagian daging diberikan ke investor dengan memotong bonusnya.

Daging beku mereka impor dari New zealand atau Australia. Ada juga yang lokal seperti dari daerah Yogyakarta. Kalau Anda datang ke Curug, di sana mereka mempunyai tempat yang luas, ada tempat penyimpanan semacam freezer yang besar isinya daging beku semua.

Di tempat itu juga ada contoh sapi hidup sekitar 50 ekor. Saya memang tidak sering ke Curug, hanya beberapa kali saat mau pesan ratusan ton.

Ketika bisnis ini besar, dari koperasi kabupaten melihat, menyoroti benar. H. Mahdiar, Kepala Dinas Koperasi Tangerang, dia juga ke sini dan melihat lokasi, dibantu dengan pak Hendrik selaku staf. Mereka melakukan kontrol.

(K) : Asosiasi importir mengaku tidak mengenal nama Jaya Komara atau CV Tri Tunggal sebagai pemain daging?
(PAY) : Saya juga kadang bingung. Saat awal bergabung, saya coba cari di website, nama Haji Tholib sebagai pemain daging tapi tidak ketemu. Tetapi nyatanya, memang benar-benar ada. Saya tidak tahu hubungan historis Ustad dan H. Tholib.

(K) : Uang pembeliannya ditransfer?
(PAY) : Cash. Kami bawa pakai kardus.

(K) : Transaksi tidak melalui bank?
(PAY) : Tidak

(K) : Selama ini duit investor disimpan dimana?
(PAY) : Yang jelas disimpan di rumah ustadz. Saya kebetulan berasal dari keluarga polisi. Saya pernah menyarankan ustadz menggunakan jasa pengamanan aparat. Ustadz bilang tidak perlu. Ustadz bilang KLB dijaga oleh 1.000 malaikat. Saya hanya bawahan, mendapat cerita seperti itu saya mau apa lagi. Saat nasabah masih sedikit, saya beli brankas. Karena nasabah semakin banyak, dia (Jaya Komara) bikin teralis di salah satu ruang di Gedung C yang bangunannya bertingkat dan berwarna biru.

(K) : Bapak melihat duit sebanyak itu?
(PAY) : Saya tidak pernah lihat. Ada aturan main.

(K) : Bagaimana mekanisme keluar masuknya uang di KLB?
(PAY) : Duit masuk, dicatat, dan kemudian ditempatkan dan ada pembukuannya. Ustadz yang mengaturnya.

(K) : Kenapa tidak pakai jasa bank untuk melakukan pembayaran bonus ke investor sehingga mereka harus datang langsung ke kantor KLB?
(PAY) : Saya sudah sampaikan. Kalau lewat bank, kata Ustadz, mereka, investor, tidak akan silaturahmi ke kita karena bisa tarik lewat ATM. Kalau lewat bank, maka silaturahmi tidak akan berjalan.

Setiap malam Jumat, KLB mengadakan pengajian. Ustadz belum tentu ada karena beliau juga kadang ke Kebon Jeruk Jakarta Pusat, ikut pengajian Jama'ah Tabligh. Setahu saya setiap bulan, dua kali dia kesana setiap malam Jum'at. Saya pernah diajak. Pengajian di KLB kemudian kadang dipimpin oleh Ustadz Daud Budiawan.

(K) : Siapa Daud itu?
(PAY) : Beliau bintal, bimbingan mental. Biasanya beliau yang mengajak investor yang sedang asyik menghitung duit bonus untuk sholat, nanti dia yang memberikan thausiyah. Awalnya dia investor juga. Dia tahu sejarah pak Jaya merintis bisnis. Daud tidak masuk struktur kepengurusan KLB. Ustadz mungkin ingin dunia dan akhirat jalan bareng.

(K) : Dengar-dengar Anda dipecat dari KLB karena dituduh korupsi?
(PAY) : Saya mundur, bukan dipecat. Saya juga bingung. Katanya saya dituduh korupsi Rp 40 miliar. Mas bisa menilai sendiri, kalau saya korupsi, tidak mungkin masih tinggal di sini. Saya tidak takut. Saya mengundurkan diri karena sudah dianggap tidak berkoordinasi lagi dengan ustadz. Ada masalah kebijakan yang kadang, antara saya dan ustadz dianggap kurang kordinasi. Padahal saya yang selalu berhadapan dengan investor, karena untuk akses langsung ke Ustadz, investor kadang tidak bisa. Mungkin saya memang sudah tidak diperlukan, saya meresa sudah tidak nyaman lagi dan mengundurkan diri sejak November 2011.

(K) : Anda dituduh koprupsi apakah tidak sakit hati?
(PAY) : Tidak masalah, nama saya jelek tidak masalah. Itu masalah dunia. Kabar itu (korupsi) saya dengar dari tim saya yang masih ada KLB.

(K) : Berapa gaji bapak saat di KLB?
(PAY) : Gaji saya sekitar Rp 1,5 juta per bulan. Sejak Juli-Agustus menjadi Rp 10 juta per bulan.

(K) : Kabarnya, untuk satu paket besar yang masuk, Anda mendapat jatah komisi sampai Rp 300.000?
(PAY) : Wah mantap tuh. Alhamdulillah kalau benar (seraya tertawa)

(K) : Ini rumah bapak? (Seraya menunjuk bangunan megah berlantai dua yang sedang dibangun)
(PAY) : Ini rumah saya hasil tabungan selama 15 tahun bekerja. Selama ini belum sempat bangun, baru kali ini saja. Kebetulan saya juga diberi kesempatan mengisi produk/paket bonus di KLB. Saya isi beras dan sembako. Saya ikut, tetapi atas nama adik saya dan hanya menanam saham saja.

(K) : Setelah tidak di KLB, apa usaha Anda sekarang?
(PAY) : Saya menikmati hasil bonus investasi di KLB. Saya pribadi berharap KLB bisa terus berjalan. Sebulan saya mendapat sekitar Rp 10 juta.

(K) : Waktu Anda keluar, Anda tahu besarnya bonus yang harus dibayar KLB kepada investor?
(PAY) : Kurang tahu, tetapi kurang lebih sekitar Rp 100 miliar sebulan. Itu sudah bersih, tidak termasuk bonus produk.

(K) : Anda tahu jaringan bisnis KLB seperti pasir besi, minyak goreng, air minum dan yang lainnya?
(PAY) : Yang bergerak di pasir besi itu PT Surya Zat Mining. Lokasinya berada di Tasik. Saya belum pernah kesana. Direktur Utamanya bernama Heru Prasetyo dan Komisaris Asep Suryaman. Mereka menjual raw material. Harganya memang masih murah karena belum diolah menjadi bijih besi, kita belum punya alatnya. Sudah banyak pesanan dari Korea, China, dan Malaysia yang siap menerima raw material kita.

Asep Suryaman juga menjabat Direktur di PT Indo Komara Jaya (IKJ). IKJ bergerak dibidang jasa kesehatan. Investor yang sakit kita back up, ini adalah kesejahteraan bagi warga yang kurang mampu, khusus para investor.

Nah Asep juga sebagai Direktur di PT Andalusia yang bergerak di bidang minyak kelapa sawit. KLB menyuntikkan modal ke pabrik pengolahan TBS menjadi minyak kelapa sawit milik Andalusia yang ada di Tulungagung, Jawa Timur sekitar bulan Mei-Juli 2011. Sepanjang pengetahuan saya, pemilik pabrik bernama Ali. KLB melakukan joint agreement dengan besaran 70:30. 70% milik KLB.

Berapa kapasitas pabrik di Tulungagung saya tidak tahu. Yang tahu itu Asep Suryaman. Selama ini, suplai minyak goreng yang KLB bagikan ke investor berasal dari Tulungagung, Karena kebutuhannya semakin besar, maka sebagai antisipasi Tandan Buah Segar (TBS) lebih digerakkan.

Kami mendapat TBS dari Indrapura, Sumatra Barat. Saya pernah ke sana dua kali. KLB bermaksud membangun pabrik pengolahan kelapa sawit disana sejak bulan Agustus 2011. Rencananya dalam waktu enam bulan pabrik sudah berdiri. Tetapi saya tidak tahu perkembangan selanjutnya.

Dari Indrapura, KLB bekerja sama dengan sekitar 70 Nagari. Para perani di Nagari itu menjual TBS-nya ke KLB dengan harga yang bagus, dan mereka juga masuk menjadi anggota koperasi.

(K) : Soal air mineral?
(PAY) : Kami punya PT Safwa Tirta Jaya yang mendistribusikan air mineral dari PT Sumber Banyu Utama. Kami pakai sistem maklon atau joint. Pabriknya ada di Sentul.

(K) : Bapak kenal dengan Safuan Aruji yang sempat menggugat Jaya Komara atas penipuan kerjasama bisnis sejak tahun 2010?
(PAY) : Nah itu yang jadi masalah. Setahu saya pak ustadz minta tolong untuk mendirikan perusahaan, tapi bukan atas nama pribadi. Pak ustadz tidak pernah ngobrolin. Saya tahu saat datang surat gugatan dari pengadilan, kebetulan saya yang menerima. Suratnya itu sekitar Oktober 2011. Saya konfirmasi ke beliau (ustadz) yang kebetulan ada di Citeureup, saya ke sana.

(K) : Bagaimana hitungannya sehingga bisnis daging bisa memberikan keuntungan sedemikian besar ke investor?
(PAY) : Nah yang seperti itu mas harus ketemu pak ustadz. Yang tahu hitung-hitungan adalah pak ustadz dan Haji Tholib. Saya hanya masalah operasional saja. Saya hanya berpikir bagaimana kedepan, ketika perusahaan ini besar, membenahi SDM, kebijakan dan aturan mainnya harus kita atur. Jadi posisi saya sebagai wakil dari Jaya Komara fungsinya di bidang operasional saja. Kalau yang terkait dengan hitung-hitungan investasinya, saya tidak tahu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×