kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor dan Biaya Logistik Bisa Meningkat Efek Ketegangan di Timur Tengah


Jumat, 19 April 2024 / 10:11 WIB
Impor dan Biaya Logistik Bisa Meningkat Efek Ketegangan di Timur Tengah
ILUSTRASI. Konflik geopolitik dan ketidakstabilan ekonomi global akan berimbas pada terganggunya rantai pasok ekonomi.ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah semakin memanas pasca Iran melakukan serangan pada Israel yang berujung serangan balik dari Israel. Kejadian ini menambah rumit kondisi global ketika konflik Rusia-Ukraina juga belum mendapatkan jalan tengah perdamaian.

Analis Ekonomi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ajib Hamdani menganalisa, kondisi konflik geopolitik dan ketidakstabilan ekonomi global akan berimbas pada terganggunya rantai pasok ekonomi, yang akan mengakibatkan kenaikan harga atas komoditas impor, termasuk bahan baku, minyak, maupun ongkos logistik.

“Hal ini akan memicu kenaikan HPP (Harga Pokok Penjualan) sehingga akan mengeskalasi inflasi,” tutur Ajib dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/4).

Sepanjang tahun 2023, inflasi di Indonesia masih dalam rentang kendali sesuai dengan kerangka ekonomi makro yang disusun, dan secara agregat di akhir tahun 2023 hanya di kisaran 2,6%.

Baca Juga: Rudal Israel Hantam Lokasi di Iran, Ledakan Terdengar di Isfahan

Inflasi sepanjang tahun 2024 diproyeksikan 2,5% plus minus 1%, artinya inflasi masih bisa ditoleransi sampai dengan 3,5%. Meski begitu, Ajib menyebut kondisi kenaikan harga komoditas impor akan memberikan sentimen negatif dalam inflasi.

Dampak lainnya yang akan menimpa Indonesia yakni, ekonomi Amerika imbas kondisi geopolitik yang ada, yaitu cenderung akan menahan tingkat suku bunga The Fed. Sebelumnya pasar mempunyai ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan.

Ajib menambahkan, kebijakan moneter Bank Sentral Amerika ini menjadi patron dominan BI (Bank Indonesia) dalam membuat kebijakan moneter nasional. Ketika tingkat suku bunga The Fed tinggi, akan terjadi potensi crowding out atau capital outflow sehingga semakin memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

“Di sisi lain, tingkat suku bunga tinggi, akan mengurangi likuiditas keuangan di kegiatan perekonomian. Kondisi yang dilematis dari sisi moneter,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×