kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,25   -8,11   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor benih padi hibrida ditolak


Rabu, 23 November 2011 / 15:30 WIB
Impor benih padi hibrida ditolak
ILUSTRASI. Vaksinasi.


Reporter: Rika Panda | Editor: Edy Can

JAKARTA. Komisi IV DPR menolak impor benih padi hibrida yang akan disalurkan sebagai bantuan benih langsung kepada petani. Anggota Komisi IV DPR Viva Yoga Mauladi beralasan petani menolak menanam benih padi hibrida.

Viva Yoga menjelaskan petani menolak benih hibrida karena membutuhkan kecukupan pupuk, air serta perlakuan khusus. Selain, politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini menilai benih padi hibrida impor tidak tahan terhadap hama wereng dan kondisi alam di Indonesia sehingga potensi kehilangannya lebih besar. "Sedangkan benih padi non-hibrida unggul lokal lebih tahan terhadap situasi iklim yang ada,” katanya, Rabu (23/11).

Viva Yoga mengaku penolakan petani ini berasal dari hasil kunjungan ke lapangan. Dia mengaku sudah berkunjung ke Lamongan dan Gresik. Menurutnya, petani di daerah Lamongan sudah dua kali gagal panen ketika menggunakan benih padi hibrida.

Dia menyarankan, pemerintah seharusnya menanyakan kebutuhan petani terlebih dahulu sebelum menyalurkan bantuan benih tersebut. "Jangan atas nama subsidi bantuan langsung diberikan tanpa ada kajian tekstur dan kondisi tanah tiap daerah,” ujarnya.

Kementerian Pertanian mengusulkan penambahan alokasi anggaran untuk subsidi bantuan langsung benih padi hibrida sebesar Rp 252 miliar dari sebelumnya Rp 219 miliar untuk lahan seluas 300.000 hektare.

Pemerintah memilih benih padi hibrida karena kemampuan produksinya lebih tinggi antara 8 ton hingga 10 ton per hektare. Sementara, benih padi non hibrida hanya 6 ton hingga 7 ton per hektare.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro menyatakan, pihaknya mendorong penggunaan benih padi hibrida karena potensi produktivitasnya mencapai 12-14 ton per hektare, sedangkan benih padi non-hibrida hanya 7 ton per hektare.

“Selain itu, perluasan areal padi hingga kini sulit untuk bertambah, sehingga alasan-alasan ini yang jadi pertimbangan kami untuk mengembangkan padi hibrida,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Udhoro Kasih Anggoro.

Dia mengungkapkan, produktivitas benih padi hibrida tidak sesuai dengan potensi hasilnya karena petani tidak memakai teknologi sesuai rekomendasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×