kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Defisit APBN diperkirakan susut jadi 2,12%, ini realisasi selama semester I 2018


Senin, 09 Juli 2018 / 22:01 WIB
Defisit APBN diperkirakan susut jadi 2,12%, ini realisasi selama semester I 2018


Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo menegaskan di tahun ini tidak akan ada perubahan dalam APBN. Pasalnya, menurut pemerintah postur APBN relatif terjaga dengan defisit yang lebih rendah dari yang direncanakan.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Istana Kepresidenan Bogor. Menurutnya, di 2018 tadinya defisit direncanakan 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Tapi dari sisi outlook saat ini, ia memperkirakan APBN 2018 akan defisit menjadi 2,12% dari PDB.

“Atau dalam hal ini Rp 314 triliun lebih kecil dari yang diperkirakan Rp 325 triliun,” ungkapnya, Senin (9/7). Dengan begitu, APBN tahun ini cukup baik dan tidak menbgalami deviasi yang besar dari sisi jumlah penerimaan negara dan jumlah belanja negara

Tak hanya itu, dalam laporan semester APBN ini, Menkeu menyampaikan defisit di semester I ini mengalami penurunan. Bahkan, yang disebut keseimbangan primer posisinya positif

“Ini terjadi pertama kali semenjak 4 tahun terakhir,” katanya. Realisasi defisit pun sebesar Rp 110 triliun atau lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang posisinya Rp 175 triliun.

Sehingga,Sri Mulyani berpendapat, ini menggambarkan pemerintah terus berusaha membuat APBN sehat, kredibel. Terutama jika dikaitkan dengan banyak sekali pendapat masalah utang dan pengelolaan utang. hasil semester 1 mengkonfirmasikan pemerintah sangat berhati-hati dan sangat prudent dalam menjaga APBN 2018.

“Maka bapak Presiden menyampaikan bahwa untuk APBN 2018 ini tidak akan melakukan perubahan,” tegasnya. Hal tersebut juga akan pihaknya laporkan untuk dibahas pekan depan dengan DPR.

Sekadar informasi, dengan pernyataan tersebut menjadikan tahun ini merupakan tahun pertama di era Jokowi yang tidak mengubah APBN. Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga melaporkan kepada Presiden pada semester I tahun ini pelaksanaan APBN ada beberapa hal yang memberikan perubahan dari sisi penerimaan dan belanja.

Postur Makroekonomi

Dari sisi makroekonomi, pertumbuhan semester I diperkirakan 5,1%. Sementara dari sisi penerimaan perpajakan semester I PPN non migas tumbuh 14,9%. “Itu lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang tumbuh 6%,” jelasnya.

Begitu juga dengan penerimaan perpajakan yang berasal dari PPn tumbuh hampir sama tahun lalu yakni 13,6%, sedangkan di 2016 PPn tumbuh negatif. Lalu dari sisi bea dan cukai, penerimaan kita tumbuh 16,7%.

“Ini gross atau pertumbuhan penerimaan bead an cukai tertinggi sejak tiga tahun terakhir,” katanya. Lalu, PPh migas juga terlihat meningkat 9% dibandingkan tahun lalu.

Pun juga dari sisi perpajakan juga terlihat positif. Misalnya, kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak seperti pajak pribadi naik 14% dan pajak seperti badan tumbuh 11,2%.

Melihat hal itu, Sri Mulyani bilang dinamika ekonomi cukup positif. Tapi, dari sisi PNBP karena dengan harga yang tinggi dan kurs rupiah terhadap dollar AS yang melemah maka penerimaan sumber daya alam migas mengalami peningkatan yang cukup tinggi yakni tumbuh 47,9% dibandingkan tahun lalu.

“Tahun lalu yang pertumbuhannya juga sudah cukup tinggi 115 %,” ujarnya. Namun demikian, karena kedua penerimaan baik pajak perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak cukup kuat, maka pihaknya melihat di APBN 2018 Semester 1 tumbuh dan proyeksi dari penerimaan negara akan kemungkinan tetap bs terjaga atau bahkan pencapaian mendekati apa yang direncanakan.

Dari sisi belanja, belanja juga dilaporkan meningkat. Yang mana, pada semester I ini seluruh Kementerian dan Lembaga telah membelanjakan mendekati 35 %. Menurut Sri Mulyani, ini adalah tingkat belanja yang baik atau lebih baik dibandingkan tahun lalu yang hanya 33% penyerapannya.

Sementara dari sisi transfer ke daerah, realisasinya mencapai 50,3% telah dibelanjakan.” Agak sedikit lebih kecil dibandingkan tahun lalu yang 51%,” katanya

Hal itu disebabkan karena tahun lalu pemerintah melakukan pembayaran dana bagi hasil. Namun, untuk dana desa terjadi kenaikan.

”Kita telah membelanjakan mendekati 60% dari total anggaran Rp 60 triliun. Ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×