kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dag dig dug menunggu rating S&P


Rabu, 17 Mei 2017 / 06:06 WIB
Dag dig dug menunggu rating S&P


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Indonesia harap-harap cemas menanti penilaian salah satu lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terhadap utang Indonesia. Pasalnya, tinggal lembaga tersebut yang belum menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade).

Beberapa pihak memproyeksikan S&P belum akan menaikkan peringkat utang Indonesia pada tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan situasi politik di Tanah Air yang tengah hangat karena berbagai aksi unjuk rasa.

Memang, kenaikan peringkat dari S&P bakal semakin mempercantik wajah Indonesia di mata investor asing. Namun, jika belum ada kenaikan peringkat, Bank Indonesia (BI) menilai tak perlu ada kekhawatiran. "Yang penting, BI dan pemerintah terus menjaga kehati-hatian dalam pengelolaan makro ekonomi dan terus mendorong reformasi struktural ekonomi indonesia," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara kepada KONTAN, Selasa (16/5).

Dengan kebijakan itu, BI yakin investor asing masih akan tertarik membawa dananya ke Indonesia. Apalagi, Indonesia telah mendapatkan peringkat layak investasi dari lembaga lainnya, yaitu Fitch, Moody's, dan Japan Credit Rating Agency (JCR). Bahkan, ketiganya telah memperbaiki outlook peringkat utang Indonesia dari stabil jadi positif.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, meski Indonesia tengah mengalami gejolak politik di dalam negeri, peluang mendapatkan kenaikan peringkat utang masih besar. Itu karena pasar obligasi yang seharusnya terkena dampak lebih besar dari perubahan rating, masih menguat hingga Selasa (16/5).

Namun apabila meleset, Rangga mengatakan, shock yang memicu keluarnya dana asing memang tidak terhindarkan dalam jangka pendek. "Tetapi saya pikir secara fundamental sudah jauh membaik, sehingga faktor S&P hanya sebagai konfirmasi tambahan, toh lembaga rating lain sudah upgrade," tandas Rangga.

Asing tetap masuk

Jadi secara umum, menurut Rangga, capital inflow ke Indonesia masih akan konsisten masuk dalam jangka panjang seiring dengan perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. "Perbaikan infrastruktur dan pembenahan tingkat kemudahan berbisnis yang saat ini sudah dilakukan oleh pemerintah, bisa jadi fondasi penarik utama investasi asing ke Indonesia," katanya.

Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, jika S&P tidak menaikkan peringkat utang Indonesia, tidak akan berdampak negatif terhadap investasi. Sebab menurutnya, selama ini tanpa kenaikan peringkat utang pun, aliran modal asing tetap masuk ke Indonesia. "Hanya, kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan premium di obligasi pemerintah dan swasta yang lebih rendah," katanya .

Meski demikian Andry menyarankan, pemerintah tetap harus tetap fokus pada melaksanakan transformasi struktural dan pembangunan infrastruktur. Dua hal ini kunci utama bagi investor asing untuk berinvestasi.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Aviliani, mengingatkan, jika tahun ini Indonesia gagal dapat kenaikan peringkat utang dari S&P, pemerintah bisa mengejarnya pada tahun depan. "Tapi pemerintah harus fokus dengan memperbaiki hal-hal apa yang diinginkan S&P," ujarnya.

Aviliani minta pemerintah belajar dari Singapura. "Singapura fokus dengan apa yang dianggap kelemahan S&P. Itu didahulukan. Jadi fokusnya tidak banyak-banyak seperti Indonesia yang ingin semua dibagusin," kata Aviliani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×