kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biaya investasi di RI turun, tetapi masih mahal


Selasa, 23 Mei 2017 / 16:22 WIB
Biaya investasi di RI turun, tetapi masih mahal


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Efisiensi investasi di Indonesia tahun 2016 mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal itu tercermin dari perbaikan rasio penambahan modal dengan penambahan pengeluaran atau incremental capital output ratio (ICOR) Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ICOR Indonesia tahun 2016 tercatat sebesar 6,46%. Angka itu turun dibanding tahun 2015 yang sebesar 6,64%. Bahkan, penurunan tersebut pertama kali terjadi setelah ICOR meningkat berturut-turut sejak tahun 2011.

ICOR digunakan sebagai alat untuk menghitung investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu output nasional. Dengan kata lain, ICOR menghitung efisiensi produksi nasional. Semakin kecil angka ICOR maka semakin esifien produksinya.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, perbaikan ICOR Indonesia sejalan dengan peningkatan peringkat kemudahan berusaha atau ease of doing business (EoDB). Pada tahun ini, World Bank menempatkan Indonesia pada peringkat 91, naik 15 peringkat dari tahun 2016 yang pada posisi 106.

Meski menurun, ICOR Indonesia dinilai Eko masih sangat tinggi. "Kalau ICOR naik, berarti investasi masih mahal. Walau turun, angka ICOR 6% itu masih lampu kuning. Angka idealnya 3% atau kurang dari 3%," kata Eko kepada KONTAN, Selasa (22/5).

Eko juga mengatakan, ICOR Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Walaupun lebih baik dari Meksiko yang mencapai 13%.

Menurut Eko, masih tingginya angka ICOR Indonesia tersebut lantaran sebagian besar permasalahan investasi belum bisa diselesaikan pemerintah.

Misalnya, biaya logistik yang masih mahal, sarana infrastruktur dan energi yang masih kurang mendukung, biaya perizinan yang mahal, adanya rantai birokrasi, permasalahan kepastian hukum, hingga masih adanya praktik korupsi.

"Itu membuat investasi di Indonesia tidak mudah dan tidak murah," tambah dia. Dengan demikian, daya dorongnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga masih lemah. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbatas.

Eko bilang, dengan target kemudahan berusaha di level 40 pada tahun 2019 mendatang juga akan menjadi penentu turunnya angka ICOR Indonesia. Jika target peringkat EoDB tersebut bisa dicapai, maka angka ICOR Indonesia seharusnya juga turun. Namun, ia tidak bisa memperkirakan kapan ICOR Indonesia turun ke level 3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×