kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI pede cadangan devisa kuat hadapi bunga AS naik


Selasa, 07 Maret 2017 / 18:47 WIB
BI pede cadangan devisa kuat hadapi bunga AS naik


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menilai posisi cadangan devisa (cadev) akhir Februari 2017 yang tercatat naik menjadi US$ 119,9 miliar cukup kuat untuk menghadapi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Para petinggi Federal Open Market Committee (FOMC) mensinyalkan kenaikan suku bunga The Fed Maret ini.

Riza Tyas, Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI mengatakan, volatilitas nilai tukar rupiah menunjukkan perbaikan. Volatilitas nilai tukar rupiah tahun 2016 membaik dibanding 2015 dan perbaikan tersebut berlanjut hingga memasuki tahun 2017.

Bahkan lanjut Riza, pasar masih tenang mendekati pertemuan FOMC pekan depan. "Pasar sangat tenang. Kalau dilihat ini sudah sangat dekat, FOMC minggu depan. Berbeda dengan tahun 2013 lalu pasar sudah goyang," kata Riza, Selasa (7/2).

Meski demikian Riza enggan menyebut potensi kenaikan atau penurunan Cadev bulan ini apabila The Fed benar-benar merealisasikan rencana kenaikan suku bunganya. Namun ia melihat pasar belum menunjukkan reaksi yang ekstrem.

"Rencana kenaikan The Fed sudah ter-priced-in. Yang jelas, BI selalu berada di pasar tetapi terukur," tambahnya.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak dua kali dan maksimal tiga kali di tahun ini. Perkiraan kenaikan suku bunga maksimal sebanyak tiga kali tersebut, sejalan dengan pergantian anggota The Fed yang cenderung dovish.

Anton bilang, jika nantinya suku bunga AS naik maka akan berdampak pada penguatan dollar AS. Namun menurutnya, Presiden AS Donald Trump juga akan menahan penguatan tersebut.

Di sisi lain, Anton juga menghitung, jika The Fed naik hingga 150 basis points (bps) sepanjang tahun ini maka masih ada selisih 3,25% dari suku bunga BI 7-day reverse repo rate. Tak hanya itu, meski The Fed naik, imbal hasil (yield) yang ditawarkan pemerintah juga masih menarik sekitar 7%-8%, lebih tinggi dibanding US Treasury bertenor 10% yang hanya sebesar 2%.

Dengan demikian, investor masih akan tertarik berinvestasi di Indonesia yang ditandai dengan masuknya arus modal asing (capital inflow). Apalagi, investor juga melihat fundamental ekonomi Indonesia cukup baik, sejalan dengan peningkatan peringkat kredit dari Moody's dan Fitch untuk Indonesia menjadi investement grade.

Oleh karena itu, Anton memperkirakan nilai tukar rupiah bisa ditahan di level Rp 13.400 per dollar AS. "Kecuali kalau The Fed naik sampai 2% (empat kali kenaikan) dan US Treasury ke 3%, itu bisa bisa menekan rupiah ke Rp 13.800 per dolar AS," kata Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×