kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Neraca transaksi berjalan rentan tekanan


Senin, 12 Februari 2018 / 11:36 WIB
Neraca transaksi berjalan rentan tekanan
ILUSTRASI. Petugas mengisi BBM Pertamax Turbo di SPBU


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikanperingkat utang Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional tak akan membantu Indonesia mengurangi defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD). Sebab, puja-puji dan peningkatkan peringkat utang hanya membantu neraca modal dan finansial, sedangkan yang perlu diwaspadai adalah neraca pendapatan primer.

Transaksi pendapatan primer (primary income), menurut defisinisi Bank Indonesia (BI), meliputi transaksi penerimaan dan pembayaran kompensasi tenaga kerja (compensation of employees) dan pendapatan investasi (investment income) dari investasi langsung, investasi portofolio (portfolio investment), dan investasi lainnya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, peningkatan rating utang hanya bisa membantu neraca modal dan finansial, sementara defisit transaksi berjalan CAD tidak. "Neraca pembayaran juga akan positif," kata Lana kepada KONTAN, Minggu (11/2).

Menurut Lana, pemerintah perlu waspada terhadap neraca pendapatan primer. "Rating meningkat membuat asing semakin positif terhadap aset di Indonesia, seperti obligasi dan saham. Maka potensi asing mendapatkan dividen makin besar. Sehingga membuat pendapatan primernya makin negatif," jelas Lana.

Lana menyarankan agar pemerintah fokus memperbaiki neraca jasa sebagai penyumbang utama defsit transaksi berjalan, terutama dari kegiatan asuransi ekspor. Sebab menurutnya yang paling berkontribusi asuransi.

Rentan gejolak

Data BI menunjukkan defsit transaksi berjalan pada triwulan IV-2017 sebesar US$ 5,8 miliar atau 2,2% PDB. Angka itu naik dibandingkan triwulan sebelum yang senilai US$ 4,6 miliar atau 1,7% PDB. Sedangkan secara tahunan, CAD naik secara nominal dari US$ 16,95 miliar pada 2016, menjadi US$ 17,29 miliar. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV-2017 merosot di nominal US$ 6,5 miliar, dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$ 9,4 miliar (lihat tabel).

Peneliti The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai, neraca transaksi berjalan Indonesia akan sulit mengalami surplus. Sebab peningkatan neraca pembayaran Indonesia (NPI) juga masih mengandalkan investasi portofolio, dan kenaikan harga komoditas. Hal ini rentan guncangan eksternal.

"Sebelum struktur ekonomi kita berubah menjadi lebih produktif dan lebih didorong kekuatan sektor riil, CAD kita cukup rentan gejolak ekonomi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×