kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Waspadai Risiko Gagal Bayar Utang Luar Negeri BUMN


Kamis, 19 Januari 2023 / 18:48 WIB
Waspadai Risiko Gagal Bayar Utang Luar Negeri BUMN
ILUSTRASI. Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Waspadai Risiko Gagal Bayar Utang Luar Negeri BUMN.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada November 2022  sebesar 0,67% month on month (mom) yaitu dari Oktober 2022 sebesar US$ 55,03  miliar menjadi US$ 55,41 miliar pada November 2022.

Melansir keterangan BI, Kamis (19/1), sementara secara tahunan, ULN BUMN mengalami penurunan 3,66% dibandingkan pada periode sama tahun 2021 yang mencapai US$ 57,51 miliar.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai, penurunan ULN BUMN secara tahunan merupakan hal yang wajar. Pasalnya, kebutuhan BUMN untuk pembiayaannya juga tidak terlalu besar dibandingkan dengan waktu pandemi Covid-19.

Baca Juga: Utang Luar Negeri BUMN Naik 0,67% Pada November 2022

"Kapasitas beberapa industri BUMN ini kan sempat menurun pada waktu pandemi, jadi wajar kebutuhan untuk pembiayaannya tidak terlalu besar," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (19/1).

Selain itu, sebagian BUMN juga diperkirakan mencari permodalan bukan dengan menerbitkan ULN lantaran khawatir ada selisih kurs dan juga ada kenaikan dari suku bukan.

Sehingga, dalam mencari permodalannya lebih ke arah rights issue maupun kredit konsolidasi perbankan di dalam negeri dibandingkan pinjaman luar negeri.

"Jadi kalau kita lihat ada penurunan secara year on year (yoy) mungkin itu sifatnya temporer," katanya.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Jaminan Kredit untuk Pengadaan Cadangan Pangan

Namun, menurutnya ada yang harus diwaspadai, yakni sebagian ULN BUMN yang sudah berjalan tersebut akan jatuh tempo. Pasalnya, ketika ULN BUMN tersebut sudah jatuh tempo atau sudah maturity, maka butuh refinancing yang cukup besar.

"Nah, ini harus diwaspadai ke depan ada volatilitas nilai tukar, suku bunga, bahkan kredit rating karena BUMN-nya mungkin ada permasalahan soal likuiditas, cashflow sehingga itu bisa menjadi variabel yang menentukan keberhasilan refinancing ULN," tambah Bhima.

Selain itu, perlu diperhatikan juga terkait BUMN dengan tekanan beban bunga utang yang cukup besar lantaran proyeknya masih belum pulih dari pandemi Covid-19, sehingga tidak menjadi gagal bayar utang atau bermasalah soal pembayaran utangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×